Rubel Rusia tergelincir dekati level terendah 16 bulan terhadap euro
19 Juli 2023 15:45 WIB
Ilustrasi - Koin Rubel Rusia terlihat di depan uang kertas Dolar AS. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/aa.
Moskow (ANTARA) - Rubel jatuh ke level terendah hampir 16 bulan terhadap euro pada awal perdagangan Rabu, serta melemah terhadap dolar dan yuan, karena mata uang Rusia di bawah tekanan geopolitik yang berkepanjangan dan tidak dapat mengambil keuntungan dari dorongan domestik.
Mata uang Rusia secara bertahap melemah sepanjang tahun karena ekspor turun dan impor pulih, tetapi tekanan meningkat tajam setelah pemberontakan bersenjata yang gagal oleh kelompok tentara bayaran Wagner pada akhir Juni.
Pada pukul 07.57 GMT, rubel telah kehilangan 0,7 persen menjadi diperdagangkan pada 102,68 versus euro, titik terlemahnya sejak 28 Maret 2022.
Rubel juga diperdagangkan 0,5 persen lebih lemah terhadap dolar di 91,37 dan telah turun 0,3 persen terhadap yuan menjadi diperdagangkan di 12,67.
Melonggarkan permintaan domestik untuk mata uang asing, pembayaran pajak akhir bulan yang akan datang oleh eksportir dan prospek kenaikan suku bunga bank sentral minggu ini semuanya akan memberikan dukungan kepada rubel.
Analis Bank St Petersburg mengatakan rubel bisa menguat menuju 90 terhadap dolar pada akhir pekan.
Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan Bank Sentral Rusia akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 8,0 persen pada Jumat (21/7/2023), dengan penurunan tajam rubel dalam beberapa pekan terakhir menambah tekanan inflasi yang sudah meningkat dari kekurangan tenaga kerja dan permintaan konsumen yang kuat.
Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, diperdagangkan tidak berubah pada 79,61 dolar AS per barel.
Indeks saham Rusia beragam. Indeks RTS berdenominasi dolar turun 0,6 persen menjadi diperdagangkan pada 1.018,6 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel diperdagangkan stabil di 2.955,5 poin.
Baca juga: Rubel jatuh karena harga minyak turun setelah ledakan Jembatan Krimea
Baca juga: Rubel Rusia menguat, menuju kenaikan mingguan pertama dalam dua bulan
Mata uang Rusia secara bertahap melemah sepanjang tahun karena ekspor turun dan impor pulih, tetapi tekanan meningkat tajam setelah pemberontakan bersenjata yang gagal oleh kelompok tentara bayaran Wagner pada akhir Juni.
Pada pukul 07.57 GMT, rubel telah kehilangan 0,7 persen menjadi diperdagangkan pada 102,68 versus euro, titik terlemahnya sejak 28 Maret 2022.
Rubel juga diperdagangkan 0,5 persen lebih lemah terhadap dolar di 91,37 dan telah turun 0,3 persen terhadap yuan menjadi diperdagangkan di 12,67.
Melonggarkan permintaan domestik untuk mata uang asing, pembayaran pajak akhir bulan yang akan datang oleh eksportir dan prospek kenaikan suku bunga bank sentral minggu ini semuanya akan memberikan dukungan kepada rubel.
Analis Bank St Petersburg mengatakan rubel bisa menguat menuju 90 terhadap dolar pada akhir pekan.
Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan Bank Sentral Rusia akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 8,0 persen pada Jumat (21/7/2023), dengan penurunan tajam rubel dalam beberapa pekan terakhir menambah tekanan inflasi yang sudah meningkat dari kekurangan tenaga kerja dan permintaan konsumen yang kuat.
Minyak mentah Brent, patokan global untuk ekspor utama Rusia, diperdagangkan tidak berubah pada 79,61 dolar AS per barel.
Indeks saham Rusia beragam. Indeks RTS berdenominasi dolar turun 0,6 persen menjadi diperdagangkan pada 1.018,6 poin. Indeks MOEX Rusia berbasis rubel diperdagangkan stabil di 2.955,5 poin.
Baca juga: Rubel jatuh karena harga minyak turun setelah ledakan Jembatan Krimea
Baca juga: Rubel Rusia menguat, menuju kenaikan mingguan pertama dalam dua bulan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023
Tags: