New York City (ANTARA) - Masyarakat Amerika masih terjebak dalam gagasan-gagasan dari era yang telah berlalu ketika mereka berkuasa dulu, yang memutarbalikkan cara mereka memahami konflik, cara melakukan pendekatan negosiasi, cara berpikir tentang kemampuan mereka, bahkan cara mereka menganalisis masalah, demikian salah satu laporan yang terpublikasi di majalah Foreign Affairs pada Kamis (13/7).

"Sejarah Perang Dingin telah menjadi semacam pengekang yang membatasi cara warga Amerika memandang dunia," kata laporan tersebut.

"Ketika para pembuat kebijakan dan komentator Amerika Serikat (AS) membutuhkan panduan, mereka biasanya beralih ke Perang Dingin. Mereka menggali peristiwa-peristiwanya untuk mendapatkan pelajaran, berkonsultasi dengan tokoh-tokohnya untuk mendapatkan saran, dan membandingkan karakteristiknya dengan masa kini. Sejarah Perang Dingin menentukan syarat-syarat perdebatan mengenai pendekatan AS terhadap dunia."

"Perang Dingin yang dipaksakan ini lebih banyak menghambat ketimbang membantu," sebut laporan itu seraya menambahkan, "Ketidaksesuaian antara realitas saat ini dan sejarah Perang Dingin telah menghambat pencarian strategi baru Amerika."

Saat ini, sebagian besar analis sependapat bahwa porsi Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang menurun, keunggulan militer yang menyusut, supremasi teknologi yang berkurang, dan pengaruh diplomatik yang memudar dapat berarti bahwa Washington akan segera menghadapi dunia multipolar untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II, papar laporan tersebut.

"Untuk mengelola tatanan multipolar yang akan datang, komunitas kebijakan luar negeri AS harus mempelajari era-era sebelumnya ketika negara-negara berjuang untuk bertahan hidup tanpa keunggulan dari kekuatan yang luar biasa".

"Dengan membiasakan diri dengan gaya ketatanegaraan yang beragam, Amerika akan memperoleh sarana untuk menangani masa depan multipolar dengan lebih baik," demikian laporan tersebut menyarankan.