Jajak pendapat Gallup, yang pertama sejak pasukan Amerika Serikat mundur dari Irak pada Desember 2011, menunjukkan rakyat negara adidaya itu masih terpecah atas perang tersebut, dengan 53 persen menyatakan menyesali keputusan menyerang itu dan 42 persen menyebutnya bukan kesalahan.
Jajak pendapat itu menunjukkan sedikit perubahan dalam pendapat umum sejak survai pada 2009 dan dukungan kuat bagi keputusan menyerang di antara yang mendukung Partai Republik, mantan Presiden George W Bush, yang melancarkan perang itu.
Tentangan terhadap perang itu di antara rakyat Amerika Serikat memuncak pada April 2008, ketika 63 persen menyatakan serbuan tersebut kesalahan.
Di antara yang dikenali dengan atau terkait dengan Partai Republik, 66 persen menyatakan perang bukan kesalahan.
Tapi, di antara kalangan Demokrat, 73 persen menyatakan serbuan itu adalah kesalahan.
Jajak pendapat Gallup itu didasarkan atas wawancara telepon dengan 1.022 orang dewasa pada 7-10 Maret. Tingkat kesalahan lebih kurang empat persen.
Pemerintahan Bush melancarkan serbuan ke Irak dengan alasan Presiden Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah dan perlu dilucuti. Senjata pemusnah seperti itu tidak pernah ditemukan.
Tapi, penggulingan Saddam memberikan Iran, tetangga bukan Arab Irak, kesempatan untuk secara tajam meningkatkan pengaruh di negara itu, dengan alasan mendua, kata diplomat Barat.
"Ada alasan dibuat-buat, yakni senjata pemusnah, kaitan dengan Al Qaida, dan ancaman keamanan Amerika Serikat," kata Crispin Hawes, direktur Timur Tengah dan Afrika Utara kelompok penasehat Eurasia Group, yang berpusat di London.
"Hal itu terlihat menggelikan sekarang," katanya.
(B002/H-RN)