Pemerintah terus berupaya kurangi emisi untuk atasi krisis iklim
17 Juli 2023 17:11 WIB
Kiri ke kanan: Head of Corporate Affairs AstraZeneca Indonesia Hoerry Satrio; Dosen Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB I Gusti Ayu Andani; dan Asisten Deputi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Mochamad Saleh Nugrahadi; dalam diskusi "Akselerasi Transisi Menuju Nol Emisi untuk Sektor Kesehatan yang Berkelanjutan" yang digelar AstraZeneca di Jakarta pada Senin (17/7/2023) (ANTARA/Suci Nurhaliza)
Jakarta (ANTARA) - Asisten Deputi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Mochamad Saleh Nugrahadi mengatakan pemerintah terus berupaya mengurangi emisi untuk mengatasi krisis iklim.
"Tentunya, upaya yang dilakukan adalah mengurangi emisi itu. Kita sudah punya formulasi kebijakan di pemerintah untuk mengurangi dampak perubahan iklim atau mengurangi emisi karbon," kata Saleh saat bertemu media di Jakarta, Senin.
Untuk berkontribusi dalam mengatasi krisis iklim, Indonesia telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2030.
Menurut Saleh, pemerintah sudah mencanangkan beberapa skenario untuk mengurangi penggunaan bahan bakar batubara dan beralih ke bahan bakar yang lebih berkelanjutan. Langkah tersebut dilakukan sebab energi yang menggunakan batu bara menciptakan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar.
Baca juga: Banyak kota terancam hilang jika krisis iklim tak ditangani
Selanjutnya, Saleh mengatakan, pemerintah juga terus mendorong elektrifikasi transportasi dan industri bersih.
"Saya kira beberapa industri sudah ada dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah melakukan semacam labeling seperti blue, green, dan lainnya, ini sudah ada dan ini sangat ketat dilakukan," tutur Saleh.
Kemudian, pemerintah juga melakukan upaya-upaya untuk merestorasi lingkungan dan memanfaatkan teknologi carbon capture and storage.
"Kita punya semua itu. Itulah beberapa upaya mengurangi emisi dengan tujuan utamanya mengendalikan perubahan iklim di Indonesia," kata Saleh.
Sementara itu secara terpisah melalui keterangan tertulisnya, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti mengatakan bahwa dalam mengatasi perubahan iklim, dibutuhkan dukungan kuat dan peran aktif dari berbagai pihak termasuk lembaga non-pemerintah, masyarakat, lembaga usaha, akademisi, dan media.
"Semua pihak, baik individu maupun organisasi perlu melakukan bagian mereka dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan bersama-sama mengurangi gas rumah kaca dan menjaga keanekaragaman hayati, kita dapat memitigasi dampak negatif perubahan iklim dan melindungi bumi sebagai tempat tinggal kita untuk generasi mendatang," kata Nani.
Baca juga: Dampak krisis iklim tak hanya sebatas peningkatan suhu bumi
Untuk itulah Kemenko Marves memperkuat kemitraan dengan AstraZeneca guna mendorong upaya penyelamatan bumi dari dampak perubahan iklim.
Head of Corporate Affairs AstraZeneca Indonesia Hoerry Satrio mengatakan bahwa melalui AZ Forest, pihaknya bekerja sama dengan komunitas lokal dan pakar ekologi dalam upaya penghijauan skala besar, pelestarian keanekaragaman hayati, dan mendukung mata pencaharian yang berkelanjutan.
"Sejak awal kemitraan tahun 2020, program AZ Forest telah menanam lebih dari 4 juta pohon di Indonesia dan memberikan dampak pada sekitar 20 ribu keluarga petani pada 240 desa di Jawa Barat," ujar Hoerry.
Sementara itu secara global, AstraZeneca akan menginvestasikan 400 juta dolar AS (sekitar Rp6 triliun) dalam program AZ Forest, empat kali lipat lebih banyak dari komitmen awal di tahun 2020. Target menanam dan memelihara pohon pun bertambah dari 50 juta pohon hingga akhir tahun 2025 menjadi 200 juta pohon pada tahun 2030.
Baca juga: KLHK ajak masyarakat ikut berpartisipasi kendalikan perubahan iklim
"Tentunya, upaya yang dilakukan adalah mengurangi emisi itu. Kita sudah punya formulasi kebijakan di pemerintah untuk mengurangi dampak perubahan iklim atau mengurangi emisi karbon," kata Saleh saat bertemu media di Jakarta, Senin.
Untuk berkontribusi dalam mengatasi krisis iklim, Indonesia telah berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan usaha sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2030.
Menurut Saleh, pemerintah sudah mencanangkan beberapa skenario untuk mengurangi penggunaan bahan bakar batubara dan beralih ke bahan bakar yang lebih berkelanjutan. Langkah tersebut dilakukan sebab energi yang menggunakan batu bara menciptakan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar.
Baca juga: Banyak kota terancam hilang jika krisis iklim tak ditangani
Selanjutnya, Saleh mengatakan, pemerintah juga terus mendorong elektrifikasi transportasi dan industri bersih.
"Saya kira beberapa industri sudah ada dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah melakukan semacam labeling seperti blue, green, dan lainnya, ini sudah ada dan ini sangat ketat dilakukan," tutur Saleh.
Kemudian, pemerintah juga melakukan upaya-upaya untuk merestorasi lingkungan dan memanfaatkan teknologi carbon capture and storage.
"Kita punya semua itu. Itulah beberapa upaya mengurangi emisi dengan tujuan utamanya mengendalikan perubahan iklim di Indonesia," kata Saleh.
Sementara itu secara terpisah melalui keterangan tertulisnya, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves Nani Hendiarti mengatakan bahwa dalam mengatasi perubahan iklim, dibutuhkan dukungan kuat dan peran aktif dari berbagai pihak termasuk lembaga non-pemerintah, masyarakat, lembaga usaha, akademisi, dan media.
"Semua pihak, baik individu maupun organisasi perlu melakukan bagian mereka dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Dengan bersama-sama mengurangi gas rumah kaca dan menjaga keanekaragaman hayati, kita dapat memitigasi dampak negatif perubahan iklim dan melindungi bumi sebagai tempat tinggal kita untuk generasi mendatang," kata Nani.
Baca juga: Dampak krisis iklim tak hanya sebatas peningkatan suhu bumi
Untuk itulah Kemenko Marves memperkuat kemitraan dengan AstraZeneca guna mendorong upaya penyelamatan bumi dari dampak perubahan iklim.
Head of Corporate Affairs AstraZeneca Indonesia Hoerry Satrio mengatakan bahwa melalui AZ Forest, pihaknya bekerja sama dengan komunitas lokal dan pakar ekologi dalam upaya penghijauan skala besar, pelestarian keanekaragaman hayati, dan mendukung mata pencaharian yang berkelanjutan.
"Sejak awal kemitraan tahun 2020, program AZ Forest telah menanam lebih dari 4 juta pohon di Indonesia dan memberikan dampak pada sekitar 20 ribu keluarga petani pada 240 desa di Jawa Barat," ujar Hoerry.
Sementara itu secara global, AstraZeneca akan menginvestasikan 400 juta dolar AS (sekitar Rp6 triliun) dalam program AZ Forest, empat kali lipat lebih banyak dari komitmen awal di tahun 2020. Target menanam dan memelihara pohon pun bertambah dari 50 juta pohon hingga akhir tahun 2025 menjadi 200 juta pohon pada tahun 2030.
Baca juga: KLHK ajak masyarakat ikut berpartisipasi kendalikan perubahan iklim
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023
Tags: