Neneng akan ajukan banding
18 Maret 2013 13:40 WIB
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta menyatakan Neneng Sri Wahyuni turut ambil peran dalam menempatkan beberapa perusahaan sebagai pendamping untuk proyek PLTS Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.(ANTARA/Rosa Panggabean)
Jakarta (ANTARA News) - Neneng Sri Wahyuni, terdakwa kasus korupsi pengadaan dan pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2008, akan mengajukan banding atas putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta.
"Ada rencana, sepertinya kami mau mengajukan banding," kata pengacara Neneng, Rufinus Hutauruk, di Jakarta, Senin.
Pada Kamis (14/3), Neneng dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana korupsi dan divonis hukuman tujuh tahun penjara dan denda Rp200 juta subsider pidana kurungan 6 bulan.
Neneng juga diwajibkan membayar uang pengganti Rp800 juta.
"Itu sudah kelewatan, Neneng ini siapa sih? Apa dia bisa mempengaruhi menteri, pejabat pemerintahan? Coba dilihatlah," kata Rufinus.
Rufinus juga keberatan dengan putusan yang dibacakan in absentia, tanpa kehadiran Neneng, yang saat itu mengeluh sakit dan meminta pembacaan putusan ditunda.
"Ada rencana, sepertinya kami mau mengajukan banding," kata pengacara Neneng, Rufinus Hutauruk, di Jakarta, Senin.
Pada Kamis (14/3), Neneng dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana korupsi dan divonis hukuman tujuh tahun penjara dan denda Rp200 juta subsider pidana kurungan 6 bulan.
Neneng juga diwajibkan membayar uang pengganti Rp800 juta.
"Itu sudah kelewatan, Neneng ini siapa sih? Apa dia bisa mempengaruhi menteri, pejabat pemerintahan? Coba dilihatlah," kata Rufinus.
Rufinus juga keberatan dengan putusan yang dibacakan in absentia, tanpa kehadiran Neneng, yang saat itu mengeluh sakit dan meminta pembacaan putusan ditunda.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013
Tags: