Menparekraf Sandiaga usulkan Grebeg Suro jadi festival internasional
16 Juli 2023 20:18 WIB
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno (kiri) menerima cinderamata dari Bupati Ponorogo Sugi Sancoko di atas panggung Festival Nasional Reyog Ponorogo (FNRP) di Paseban Alun-alun Kota Ponorogo, Jawa Tengah, Sabtu (15/7/2023) malam. ANTARA/HO-Prokopim Ponorogo/aa.
Ponorogo, Jawa Timur (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno mengapresiasi penyelenggaraan Grebeg Suro di Kabupaten Bonorogo, Jawa Timur, yang menurutnya memiliki karakter khas dan nilai kekuatan budaya tinggi, sehingga layak dia usulkan menjadi festival internasional.
"Saya rasa FNRP (Festival Nasional Reyog Ponorogo) ini sudah layak dijadikan festival internasional," kata Sandiaga saat berkunjung ke Kabupaten Ponorogo sejak Sabtu (15/7) malam hingga Minggu.
Baca juga: Ponorogo kerahkan TRC antisipasi pengemis selama gelaran Grebeg Suro
Selama kunjungannya di Kota Reyog ini, Sandiaga tampak menikmati seluruh rangkaian kegiatan Grebeg Suro. Mulai dari festival reyog remaja, reyog anak, festival reyog wayang golek, pameran bonsai hingga Festival Nasional Reyog Ponorogo yang menjadi ikon puncak atau maskot rangkaian Grebeg Suro.
Menurut Menparekraf Sandiaga, Grebeg Suro tahun depan bisa ditingkatkan dengan mendatangkan peserta dari luar negeri.
Baca juga: Meriahkan "Grebeg Suro", Ponorogo siapkan 29 kegiatan budaya
Sandiaga mengaku sempat bertemu dengan sejumlah peneliti dari luar negeri, di antaranya dari Polandia, Australia dan Inggris. Para peneliti dari Eropa ini mengaku tertarik untuk membawa kesenian Reyog ke negara asalnya.
"Ditingkatkan tahun depan ada peserta dari luar negeri, sehingga event ini berganti bukan hanya 'top ten' tapi juga menjadi pagelaran bulanan yang kita proyeksikan," katanya.
Baca juga: Grebeg Suro di Hutan Bambu Lumajang terapkan protokol kesehatan
Kata dia, setiap pementasan reyog, baik yang digelar dalam satu kegiatan budaya maupun yang bersifat pementasan hiburan, semuanya tetap memiliki dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di tingkat mikro.
Sandiaga memberi contoh dalam sekali pentas selalu melibatkan SDM dengan keahlian berbeda, mulai dari penari, musik, kostum, MC. Lalu ada efek domino untuk pedagang kaki lima, UMKM hingga pernak pernik Reyog.
"Saya kira ini bagus untuk menggerakkan ekonomi kita, masyarakat mendapat manfaat dari budaya kegiatan ini," katanya.
Baca juga: Grebeg Suro di Gunung Semeru tingkatkan pariwisata Lumajang
Kehadiran Manparekraf dimanfaatkan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko untuk meminta dukungan pembangunan Museum Reyog yang saat ini tengah dibangun.
"Saya minta dicari polanya, pemasarannya agar wisatawan banyak ke sini termasuk mancanegara. Ini potensi sarana wisata edufan," kata Sandiaga.
Baca juga: Perputaran uang "Grebeg Suro Ponorogo" ditaksir Rp12 miliar
Sementara itu, Bupati Sugiri mengucapkan terimakasih kepada Menparekraf yang sudah hadir ke Bumi Reyog untuk menyaksikan Grebeg Suro.
Dirinya juga menyebut bahwa saat ini Reyog sudah masuk dalam daftar ICH untuk disidangkan pada 2024.
Baca juga: Raja Se-Indonesia Hadir pada Grebeg Suro 2008
"Dua pekan lalu pak Dirjen Kemendikbud menyampaikan bahwa reyog sudah masuk daftar ICH untuk disidangkan pada 2024. Kami akan perkuat dengan pendampingan Kemenparekraf agar reyog bisa disahkan di ICH," kata Kang Giri, sapaan Bupati Sugiri Sancoko.
"Saya rasa FNRP (Festival Nasional Reyog Ponorogo) ini sudah layak dijadikan festival internasional," kata Sandiaga saat berkunjung ke Kabupaten Ponorogo sejak Sabtu (15/7) malam hingga Minggu.
Baca juga: Ponorogo kerahkan TRC antisipasi pengemis selama gelaran Grebeg Suro
Selama kunjungannya di Kota Reyog ini, Sandiaga tampak menikmati seluruh rangkaian kegiatan Grebeg Suro. Mulai dari festival reyog remaja, reyog anak, festival reyog wayang golek, pameran bonsai hingga Festival Nasional Reyog Ponorogo yang menjadi ikon puncak atau maskot rangkaian Grebeg Suro.
Menurut Menparekraf Sandiaga, Grebeg Suro tahun depan bisa ditingkatkan dengan mendatangkan peserta dari luar negeri.
Baca juga: Meriahkan "Grebeg Suro", Ponorogo siapkan 29 kegiatan budaya
Sandiaga mengaku sempat bertemu dengan sejumlah peneliti dari luar negeri, di antaranya dari Polandia, Australia dan Inggris. Para peneliti dari Eropa ini mengaku tertarik untuk membawa kesenian Reyog ke negara asalnya.
"Ditingkatkan tahun depan ada peserta dari luar negeri, sehingga event ini berganti bukan hanya 'top ten' tapi juga menjadi pagelaran bulanan yang kita proyeksikan," katanya.
Baca juga: Grebeg Suro di Hutan Bambu Lumajang terapkan protokol kesehatan
Kata dia, setiap pementasan reyog, baik yang digelar dalam satu kegiatan budaya maupun yang bersifat pementasan hiburan, semuanya tetap memiliki dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di tingkat mikro.
Sandiaga memberi contoh dalam sekali pentas selalu melibatkan SDM dengan keahlian berbeda, mulai dari penari, musik, kostum, MC. Lalu ada efek domino untuk pedagang kaki lima, UMKM hingga pernak pernik Reyog.
"Saya kira ini bagus untuk menggerakkan ekonomi kita, masyarakat mendapat manfaat dari budaya kegiatan ini," katanya.
Baca juga: Grebeg Suro di Gunung Semeru tingkatkan pariwisata Lumajang
Kehadiran Manparekraf dimanfaatkan Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko untuk meminta dukungan pembangunan Museum Reyog yang saat ini tengah dibangun.
"Saya minta dicari polanya, pemasarannya agar wisatawan banyak ke sini termasuk mancanegara. Ini potensi sarana wisata edufan," kata Sandiaga.
Baca juga: Perputaran uang "Grebeg Suro Ponorogo" ditaksir Rp12 miliar
Sementara itu, Bupati Sugiri mengucapkan terimakasih kepada Menparekraf yang sudah hadir ke Bumi Reyog untuk menyaksikan Grebeg Suro.
Dirinya juga menyebut bahwa saat ini Reyog sudah masuk dalam daftar ICH untuk disidangkan pada 2024.
Baca juga: Raja Se-Indonesia Hadir pada Grebeg Suro 2008
"Dua pekan lalu pak Dirjen Kemendikbud menyampaikan bahwa reyog sudah masuk daftar ICH untuk disidangkan pada 2024. Kami akan perkuat dengan pendampingan Kemenparekraf agar reyog bisa disahkan di ICH," kata Kang Giri, sapaan Bupati Sugiri Sancoko.
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023
Tags: