Bantul (ANTARA News) - Luas tanaman bawang merah di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), selama beberapa tahun terakhir berkurang, kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan setempat, Edy Suhariyanta.

"Penurunan luas bawang di Bantul disebabkan sejak 2010 terjadi hujan yang cukup panjang sehingga hasil panen sebagian besar rusak dan membuat petani kesulitan menyimpan untuk benih," ujarnya di Bantul, Sabtu.

Menurut dia, karena kesulitan menyimpan benih bawang merah, maka petani mengambil benih dari daerah lain, sehingga harganya menjadi mahal dan petani pun mulai memilih menanam padi di lahan bawang itu.

Ia menyebutkan, sebelum tahun 2010 lahan pertanian bawang merah di Bantul sempat mencapai 800 hektare per musim atau sekitar 1.600 hektare selama satu tahun karena ditanam selama dua kali.

"Memasuki tahun 2010 lahan tanam bawang berkurang, bahkan hampir separuhnya, dalam setahun mungkin hanya sekitar 800 hektare, hal itu terjadi pada tahun 2011 dan 2012," katanya.

Untuk tahun ini, ia mengemukakan, pihaknya belum bisa memperkirakan luasan area tanam bawang merah, karena kecenderungan menurun atau bertambah tergantung dari ketersediaan benih bawang merah petani.

Ia mengatakan, dengan kondisi ini maka hasil panenan bawang merah memang tida mencukupi kebutuhan untuk Bantul selama setahun, sehingga saat musim paceklik seperti ini harus memasok dari luar daerah.

"Tadinya dengan kesempatan tanam bawang merah yang seluas 1.600 hektare per tahun justru bisa mengirim ke luar daerah. Pada setiap panen raya petani bisa mengirim sebanyak 20 truk ke luar daerah," katanya.

Ia juga menanggapi tingginya harga bawang di pasaran saat ini yang menembus Rp50 ribu per kilogram dikarenakan musim paceklik, termasuk di Bantul yang sebagian besar lahannya tidak ditanami bawang merah, namun ditanami padi.

"Pemerintah pusat sudah semestinya melakukan analisis agar tidak terjadi kekurangan suplai ke daerah karena kondisi ini bisa kembali normal dalam dua bulan ke depan menyusul mulai masa panen bawang merah," katanya.