Jakarta (ANTARA) - Analis pasar mata uang Lukman Leong menyatakan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi data inflasi produsen AS yang lemah.

"Namun, data penjualan ritel Indonesia yang turun 4,5 persen membatasi penguatan," ujar dia di Jakarta, Jumat.

Penurunan data penjualan ritel Indonesia turut dipengaruhi perlambatan China yang tercermin dari penurunan ekspor dan impor.

Data perdagangan dari Negeri Tirai Bambu disebut lebih rendah dari perkiraan dan akan membebani mata uang Asia ke depannya.

Surplus perdagangan China yang sebesar 70,62 miliar dolar AS lebih rendah dari perkiraan 74,8 miliar dolar AS.

Kemudian, juga ekspor China sebesar -12,4 persen lebih rendah dibandingkan perkiraan -9,5 persen dan impor -6,8 persen lebih rendah dibandingkan perkiraan -4 persen.

Senada, Analis Bank Woori Saudara (BWS) Rully Nova menganggap penguatan rupiah terhadap dolar AS masih dipengaruhi oleh optimisme akan berakhirnya periode kebijakan moneter The Fed.

"Namun, data ekonomi China yang kurang meyakinkan membatasi penguatan rupiah lebih besar lagi," ungkapnya.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra turut menganggap penguatan rupiah terhadap dolar AS karena data inflasi produsen AS yang dirilis semalam mengonfirmasikan bahwa kenaikan inflasi di AS sudah melandai.

"Data semalam menambah keyakinan pasar bahwa Bank Sentral AS akan menghentikan kebijakan suku bunga tinggi dalam waktu dekat," katanya.

Saat ini, indeks dolar AS disebut menurun bergerak di kisaran 99 atau jatuh di bawah angka 100.

Selain itu, penguatan rupiah dipengaruhi tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang seringkali merefleksikan kebijakan suku bunga acuan AS juga dalam tren turun.

Pada penutupan perdagangan Jumat ini, rupiah mengalami penguatan sebesar 0,05 persen atau 7 poin menjadi Rp14.958 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.075 per dolar AS.

Baca juga: Ekonom prediksi neraca dagang RI surplus 1,33 miliar dolar pada Juni
Baca juga: Dolar di terendah 15 bulan, pasar bertaruh Fed dekati akhir kenaikan
Baca juga: Pengamat: Penguatan rupiah dipengaruhi kenaikan inflasi AS melandai