803.440 meter terumbu karang di Sunda Kecil direhabilitasi Coremap-CTI
14 Juli 2023 17:05 WIB
Dua pemuda mempersiapkan calon anakan bibit terumbu karang untuk kegiatan rehabilitasi di perairan Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, pada Selasa (27/6/2023). (FOTO ANTARA/Sugiharto Purnama)
Lombok Utara, NTB (ANTARA) - Indonesia Climate Change Trust Funding (ICCTF) melalui Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangle Initative (Coremap-CTI) merehabilitasi 803.440 meter persegi wilayah ekosistem terumbu karang di Kepulauan Sunda Kecil.
Direktur Kelautan dan Perikanan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Sri Yanti mengatakan Sunda Kecil berupa gugusan pulau-pulau di sebelah timur Pulau Jawa dari Bali di sebelah barat hingga Pulau Timor di sebelah timur menyimpan keanekaragaman hayati yang melimpah.
"Kekayaan bawah laut yang tinggi di Bali dan Nusa Tenggara menjadi dasar kami melakukan aktivitas rehabilitasi," katanya dalam kunjungan kerja penutupan program Coremap-CTI di Pulau Gili Meno, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Jumat.
Ia mengatakan Sunda Kecil menjadi rute migrasi hewan-hewan laut dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik atau sebaliknya. Beberapa spesies karismatik ada langka ada di sana, di antaranya ikan mola-mola, hiu paus, pari, dan penyu.
Gugusan kepulauan ini adalah satu dari 11 ekoregion yang berada di segitiga terumbu karang. Sunda Kecil tercatat memiliki 76 persen spesies karang, 2.631 spesies ikan karang, dan enam jenis penyu.
"Sunda Kecil menyimpan berbagai spesies yang tidak ada di tempat lain, begitu juga terumbu karangnya sangat spesifik, sehingga harus dipertahankan melalui kegiatan rehabilitasi," katanya.
Ia menjelaskan sejak Maret 2020 sampai Agustus 2023, Coremap-CTI menghasilkan model inovasi pembangunan untuk pengelolaan ekosistem pesisir dan laut secara berkelanjutan dan juga mendukung upaya penanganan dampak perubahan iklim di sektor kelautan dan perikanan. Adapun dukungan pendanaan bersumber dari Bank Pembangunan Asia yang disalurkan melalui dana hibah dengan total anggaran 5,2 juta dolar AS atau setara Rp72,8 miliar.
Direktur Eksekutif ICCTF Tonny Wagey mengatakan penguatan kapasitas sumber daya manusia dalam mengelola aset telah diberikan dan mengakses pendanaan berkelanjutan untuk keberlanjutan kegiatan.
Sebanyak 209 peserta telah mengikuti pelatihan ekowisata bahari di Nusa Penida, Gili Matra, dan Gili Balu. Tak hanya itu, ada 196 anggota kelompok masyarakat pengawas telah terdaftar dan terlahir oleh Otoritas Kawasan Konservasi Perairan di Sunda Kecil tersebut.
"Kami berharap kegiatan rehabilitasi terumbu karang bisa berkelanjutan agar manfaat ekonomi dan ekologi semakin meningkat," demikian Tonny Wagey.
Baca juga: 70 persen terumbu karang dalam keadaan rusak
Baca juga: Bappenas: Kawasan konservasi laut ikat pulau-pulau kecil Lesser Sunda
Baca juga: Pakar: Terumbu karang di barat Indonesia alami tekanan sangat tinggi
Baca juga: LIPI: Pengambilan lobster tidak ramah lingkungan rusak terumbu karang
Direktur Kelautan dan Perikanan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Sri Yanti mengatakan Sunda Kecil berupa gugusan pulau-pulau di sebelah timur Pulau Jawa dari Bali di sebelah barat hingga Pulau Timor di sebelah timur menyimpan keanekaragaman hayati yang melimpah.
"Kekayaan bawah laut yang tinggi di Bali dan Nusa Tenggara menjadi dasar kami melakukan aktivitas rehabilitasi," katanya dalam kunjungan kerja penutupan program Coremap-CTI di Pulau Gili Meno, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Jumat.
Ia mengatakan Sunda Kecil menjadi rute migrasi hewan-hewan laut dari Samudera Hindia menuju Samudera Pasifik atau sebaliknya. Beberapa spesies karismatik ada langka ada di sana, di antaranya ikan mola-mola, hiu paus, pari, dan penyu.
Gugusan kepulauan ini adalah satu dari 11 ekoregion yang berada di segitiga terumbu karang. Sunda Kecil tercatat memiliki 76 persen spesies karang, 2.631 spesies ikan karang, dan enam jenis penyu.
"Sunda Kecil menyimpan berbagai spesies yang tidak ada di tempat lain, begitu juga terumbu karangnya sangat spesifik, sehingga harus dipertahankan melalui kegiatan rehabilitasi," katanya.
Ia menjelaskan sejak Maret 2020 sampai Agustus 2023, Coremap-CTI menghasilkan model inovasi pembangunan untuk pengelolaan ekosistem pesisir dan laut secara berkelanjutan dan juga mendukung upaya penanganan dampak perubahan iklim di sektor kelautan dan perikanan. Adapun dukungan pendanaan bersumber dari Bank Pembangunan Asia yang disalurkan melalui dana hibah dengan total anggaran 5,2 juta dolar AS atau setara Rp72,8 miliar.
Direktur Eksekutif ICCTF Tonny Wagey mengatakan penguatan kapasitas sumber daya manusia dalam mengelola aset telah diberikan dan mengakses pendanaan berkelanjutan untuk keberlanjutan kegiatan.
Sebanyak 209 peserta telah mengikuti pelatihan ekowisata bahari di Nusa Penida, Gili Matra, dan Gili Balu. Tak hanya itu, ada 196 anggota kelompok masyarakat pengawas telah terdaftar dan terlahir oleh Otoritas Kawasan Konservasi Perairan di Sunda Kecil tersebut.
"Kami berharap kegiatan rehabilitasi terumbu karang bisa berkelanjutan agar manfaat ekonomi dan ekologi semakin meningkat," demikian Tonny Wagey.
Baca juga: 70 persen terumbu karang dalam keadaan rusak
Baca juga: Bappenas: Kawasan konservasi laut ikat pulau-pulau kecil Lesser Sunda
Baca juga: Pakar: Terumbu karang di barat Indonesia alami tekanan sangat tinggi
Baca juga: LIPI: Pengambilan lobster tidak ramah lingkungan rusak terumbu karang
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023
Tags: