Gunungkidul (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tidak perlu menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atas kasus antraks yang berkembang di wilayah itu.

"Namun demikian, penanganan harus intensif," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo di Gunungkidul, Kamis​​​​​.

Ia mengakui terkejut dengan kasus antraks di Gunungkidul. Tapi antraks setiap tahun ada dan tidak bisa hilang, katanya. Spora antraks bisa bertahan bertahun-tahun. Konon bisa 50 tahun spora antraks bisa bertahan.

Kasus antraks di Indonesia sendiri tidak separah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan LSD pada hewan ternak. Hal yang mengejutkan, kata dia, adalah mengkontaminasi manusia dan menyebabkan meninggal dunia.

Baca juga: Menkes: Antraks bukti kesehatan manusia dan hewan saling berhubungan

Dari deteksi Kementerian Pertanian (Kementan), kata dia, kasus antraks yang menyebabkan manusia meninggal dunia hanya ada di Gunungkidul. Untuk menangani hal tersebut Kementan menerapkan tiga agenda yang perlu dilaksanakan di semua daerah.

Setiap ada antraks harus ada agenda penanganan darurat atau SOS. Salah satunya, hewan ternak yang mati akibat antraks tidak boleh disentuh, tapi langsung dibakar dan dikubur.

Langkah kedua, daerah di sekitar lokasi antraks sampai radius 200 meter harus diisolasi penuh. Kemudian wilayah itu dijaga oleh puskeswan. Dokter hewan di setiap wilayah memiliki standar pelaksanaan.

"Di Gunungkidul ada kontraksi yakni hewan positif antraks yang telah dikubur digali kembali dan dagingnya dikonsumsi masyarakat," kata Mentan Syahrul.

Baca juga: Kementan berupaya kendalikan antraks lewat vaksinasi hingga surveilans

Ia mengatakan kasus antraks di Gunungkidul sebagai peringatan bagi semua pihak bahwa tidak boleh diabaikan.

Untuk itu Mentan Syahrul Yasin Limpo mengatakan langkah terpenting selanjutnya dalam penanganan antraks adalah memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana kejadian antraks langsung disikapi dengan cepat.

Hewan yang terkena antraks itu memiliki gejala klinis seperti demam dan mulut berbusa. Kondisi semakin parah, dalam waktu satu sampai dua hari bisa langsung mati. "Hal ini yang perlu diberikan edukasi kepada masyarakat," katanya.

Mentan Syahrul Yasin Limpo juga menyerahkan bantuan berupa vaksin antraks hingga pendukung lainnya senilai Rp631.613.132,00. Vaksinnya mencapai 60.817 dosis.

Baca juga: Kementan larang masyarakat bedah hewan ternak terindikasi antraks
Baca juga: Menkes: Antraks bukti kesehatan manusia dan hewan saling berhubungan


Gunungkidul mendapatkan jatah sebanyak 11.017 dosis dan DIY sebanyak 12.667 dosis. Sisanya sebanyak 37.133 dosis jadi cadangan di Balai Besar Veteriner Yogyakarta.

Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengklaim jika kasus antraks saat ini terkendali. Ia mengakui kasus ini menyebabkan seorang warganya meninggal, namun publikasi dari kejadian ini dinilai berlebihan.

"Ada framing sehingga kasusnya jadi viral di nasional, padahal di lapangan tidak ada masalah berarti," katanya. Ia berharap warga juga tidak panik menghadapi isu Antraks.

"Kami berharap warganya optimistis membangun kekuatan untuk mengatasi masalah ini," ucapnya.

Baca juga: DIY bakal terima 10 ribu lebih dosis vaksin antraks dari Kementan
Baca juga: DPKH Gunungkidul melakukan vaksinasi massal hewan ternak di Candirejo