Cerita Kurnia Effendi tulis naskah teater perdana tentang Ariyah
13 Juli 2023 20:32 WIB
(Dari kiri - kanan) Direktur Program Bakti Budaya Djarum Foundation Renita Sari Adrian, Produser dan aktris Happy Salma, Sutradara teater Heliana Sinaga, dan Sastrawan Kurnia Effendi dalam acara Konferensi Pers "Pertunjukan Teater 'Ariyah Dari Jembatan Ancol'" di Jakarta, Kamis (13/7/2023). (ANTARA/Vinny Shoffa Salma)
Jakarta (ANTARA) - Sastrawan Kurnia Effendy menceritakan pengalamannya menulis naskah teater sebagai karya perdananya di kancah pementasan teater bertajuk “Ariyah Dari Jembatan Ancol” yang akan segera dipentaskan pada tanggal 27 - 28 Juli 2023.
Kurnia Effendy dikenal sebagai penulis dari beragam jenis karya sastra, mulai dari puisi, cerpen, hingga novel yang sudah malang melintang di dunia sastra selama puluhan tahun. Namun, membuat naskah pementasan teater merupakan salah satu hal baru baginya dan ia pun merasa tertantang untuk membuat karya sastra dalam bentuk naskah pementasan teater.
“Teh Happy (Salma) meminta saya untuk menulis sandiwara. Ini tantangan baru bagi saya,” kata peraih penghargaan sastra dari Badan Bahasa tahun 2013 saat konferensi pers “Pertunjukan Teater ‘Ariyah Dari Jembatan Ancol’ di Jakarta, Kamis.
Awalnya, ia menulis naskah “Ariyah Dari Jembatan Ancol” untuk dibawakan sebagai sandiwara radio beberapa tahun yang lalu. Singkat cerita, Happy Salma menghubungi Kurnia untuk memintanya sebagai penulis dalam lakon “Ariyah Dari Jembatan Ancol” dan dipentaskan dalam pertunjukan teater.
Baca juga: Happy Salma produseri pertunjukan teater "Ariyah Dari Jembatan Ancol"
Kurnia pun merasa terhormat dan menerima tawaran tersebut. Ia bersama tim produksi Titimangsa selaku pihak penyelenggara pertunjukan teater “Ariyah Dari Jembatan Ancol” pun mulai melakukan workshop untuk menguatkan kembali cerita di dalam naskahnya.
Menurutnya, penulisan naskah untuk “Ariyah Dari Jembatan Ancol” mengambil sudut pandang yang berbeda dari variasi cerita Ariyah lainnya. Beberapa hal yang ditonjolkan dalam naskah Ariyah miliknya, yakni menolak budaya patriarki, memperjuangkan hak perempuan, dan lainnya.
Selain itu, Kurnia ingin menceritakan sisi lain dari hantu Si Manis Jembatan Ancol yang sebelumnya mendapat stigma negatif dari masyarakat. Misalnya, membuat celaka orang lain, membuat ketakutan, dan lainnya.
Kurnia ingin menceritakan bahwa tidak selamanya hal yang dipandang negatif, dalam hal ini stigma hantu Si Manis Jembatan Ancol, adalah suatu hal yang benar. Baginya, penceritaan Ariyah sebagai hantu Si Manis Jembatan Ancol untuk mengungkapkan kegundahan arwah tersebut yang ingin berpamitan dan meminta maaf dengan ibunya sebelum dirinya meninggal.
Kurnia pun ingin karya naskahnya dapat memberikan pesan positif kepada masyarakat dan memberikan cerminan psikologis dan sosiologi dari kisah legenda urban tersebut.
“Kami membuat sesuatu ini (pementasan teater) memberikan pesan-pesan berbeda dari urban legend aslinya,” kata Kurnia.
Baca juga: Titimangsa & Indonesia Kaya akan gelar pentas "Sudamala"
Baca juga: Inggit Garnasih di atas panggung pentas, tegak setelah dihantam ombak
Baca juga: Episode ketiga "Di Tepi Sejarah" hadirkan kisah hidup Gombloh
Kurnia Effendy dikenal sebagai penulis dari beragam jenis karya sastra, mulai dari puisi, cerpen, hingga novel yang sudah malang melintang di dunia sastra selama puluhan tahun. Namun, membuat naskah pementasan teater merupakan salah satu hal baru baginya dan ia pun merasa tertantang untuk membuat karya sastra dalam bentuk naskah pementasan teater.
“Teh Happy (Salma) meminta saya untuk menulis sandiwara. Ini tantangan baru bagi saya,” kata peraih penghargaan sastra dari Badan Bahasa tahun 2013 saat konferensi pers “Pertunjukan Teater ‘Ariyah Dari Jembatan Ancol’ di Jakarta, Kamis.
Awalnya, ia menulis naskah “Ariyah Dari Jembatan Ancol” untuk dibawakan sebagai sandiwara radio beberapa tahun yang lalu. Singkat cerita, Happy Salma menghubungi Kurnia untuk memintanya sebagai penulis dalam lakon “Ariyah Dari Jembatan Ancol” dan dipentaskan dalam pertunjukan teater.
Baca juga: Happy Salma produseri pertunjukan teater "Ariyah Dari Jembatan Ancol"
Kurnia pun merasa terhormat dan menerima tawaran tersebut. Ia bersama tim produksi Titimangsa selaku pihak penyelenggara pertunjukan teater “Ariyah Dari Jembatan Ancol” pun mulai melakukan workshop untuk menguatkan kembali cerita di dalam naskahnya.
Menurutnya, penulisan naskah untuk “Ariyah Dari Jembatan Ancol” mengambil sudut pandang yang berbeda dari variasi cerita Ariyah lainnya. Beberapa hal yang ditonjolkan dalam naskah Ariyah miliknya, yakni menolak budaya patriarki, memperjuangkan hak perempuan, dan lainnya.
Selain itu, Kurnia ingin menceritakan sisi lain dari hantu Si Manis Jembatan Ancol yang sebelumnya mendapat stigma negatif dari masyarakat. Misalnya, membuat celaka orang lain, membuat ketakutan, dan lainnya.
Kurnia ingin menceritakan bahwa tidak selamanya hal yang dipandang negatif, dalam hal ini stigma hantu Si Manis Jembatan Ancol, adalah suatu hal yang benar. Baginya, penceritaan Ariyah sebagai hantu Si Manis Jembatan Ancol untuk mengungkapkan kegundahan arwah tersebut yang ingin berpamitan dan meminta maaf dengan ibunya sebelum dirinya meninggal.
Kurnia pun ingin karya naskahnya dapat memberikan pesan positif kepada masyarakat dan memberikan cerminan psikologis dan sosiologi dari kisah legenda urban tersebut.
“Kami membuat sesuatu ini (pementasan teater) memberikan pesan-pesan berbeda dari urban legend aslinya,” kata Kurnia.
Baca juga: Titimangsa & Indonesia Kaya akan gelar pentas "Sudamala"
Baca juga: Inggit Garnasih di atas panggung pentas, tegak setelah dihantam ombak
Baca juga: Episode ketiga "Di Tepi Sejarah" hadirkan kisah hidup Gombloh
Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023
Tags: