"Kementan sudah membuat prediksi terjelek, jadi kita harus exercise (lakukan) di kurang lebih 500 ribu hektare (lahan)," katanya dalam jumpa pers di sela Musyawarah Rencana Pembangunan Pertanian Nasional (Musrenbangtannas) 2023, di Jakarta, Rabu.
Mentan Syahrul mengatakan melalui Musrenbangtannas 2023 itu, pihaknya akan memetakan peta potensi produksi pangan untuk menentukan strategi yang tepat dalam menghadapi kondisi perubahan iklim.
Daerah-daerah itu terbagi menjadi daerah hijau yang memiliki air dan kecukupan alam; daerah kuning yang dinilai punya pasokan pas-pasan dengan perlu mendapatkan intervensi; serta daerah merah yang sangat minus secara produksi.
Mentan Syahrul menjelaskan produksi yang digenjot di 500 ribu lahan itu diprediksi bisa menghasilkan produk gabah kering sekitar 3 juta ton atau setara dengan kurang lebih 1,5 juta ton beras.
"Perkiraan kita, kita akan shortage (kekurangan), katakanlah, 300-500 ribu ton beras. Jadi insya Allah mudah-mudahan dengan segala upaya bisa kita capai," katanya lagi.
Kendati Mentan memastikan ketersediaan 12 komoditas pangan pokok masih akan terpenuhi hingga akhir tahun 2023 ini, ia menegaskan upaya persiapan tetap harus dilakukan terlebih di tengah gejolak perubahan iklim dan krisis pangan yang melanda dunia.
Baca juga: Mentan pastikan produksi beras aman hadapi El Nino
Baca juga: Jokowi perintahkan Mentan genjot produksi beras antisipasi El Nino