Jakarta (ANTARA) -
Wakil Ketua MPR RI Sjarifuddin Hasan mengajak masyarakat untuk hemat memanfaatkan atau menggunakan energi, termasuk di antaranya bahan bakar minyak (BBM), listrik, dan LPG (liquefied petroleum gas).
"Kita semua harus menyadari pemanfaatan dan penggunaan energi, termasuk BBM, listrik, elpiji, dilakukan secara hati-hati, efisien, dan hemat," ujar Syarief Hasan dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin.

Menurut dia, penghematan pemakaian energi akan mengurangi beban subsidi yang harus ditanggung pemerintah. Jika subsidi berkurang maka bisa dialihkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

"Masyarakat harus menjaga agar tidak terjadi pemborosan energi, sebab pemerintah mengeluarkan biaya subsidi untuk penggunaan dan pemanfaatan energi," katanya.

Ia mengungkapkan pemerintah menyiapkan subsidi energi sekitar Rp500 triliun setiap tahun atau sekitar 18 persen dari APBN yang jumlahnya sekitar Rp3.000 triliun.

Selain terserap untuk subsidi energi, kata Syarief, APBN juga harus mengalokasikan sekitar 20 persen untuk membayar cicilan dan bunga utang pemerintah yang mencapai sekitar Rp7.000 triliun hingga proyek infrastruktur.
"Jika subsidi bisa dikurangi dengan cara menghemat pemakaian energi maka bisa untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (menurunkan kemiskinan dan mengurangi pengangguran)," ujar Syarief.

Syarief menambahkan jika masyarakat hemat dalam menggunakan energi akan berdampak luas, salah satunya ekonomi lebih efisien dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Pemerintah bisa fokus untuk menurunkan kemiskinan dan mengurangi pengangguran. Jika ini bisa dilakukan maka kesejahteraan rakyat juga meningkat. Kita harus hemat energi demi meningkatkan kesejahteraan yang lebih baik," imbuh anggota DPR dari daerah pemilihan (dapil) Kabupaten Cianjur dan Kota Cianjur serta Kota Bogor ini.
Dia mencatat angka kemiskinan saat ini sebesar sembilan persen dan tingkat pengangguran sekitar enam persen. Sebagai perbandingan, ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden pada 2004, angka kemiskinan 17,6 persen.

Pada saat mengakhiri jabatan sebagai presiden tahun 2014, angka kemiskinan sebesar 10,9 persen. Adapun angka kemiskinan turun tujuh persen selama 10 tahun pemerintahan SBY.

Sementara itu, angka kemiskinan saat ini sembilan persen, dan secara keseluruhan, angka kemiskinan dari tahun 2014 hingga 2023 hanya turun 1-2 persen.
Untuk menghemat energi, Syarief mengharapkan adanya perubahan perilaku (behaviour) masyarakat, dan salah satu contoh sederhana adalah mematikan listrik atau lampu yang tidak digunakan, menggunakan energi terbarukan, termasuk beralih ke kendaraan listrik.

"Perubahan perilaku yang mendorong penggunaan energi secara efektif. Jika perilaku masyarakat dalam pemakaian energi berubah maka akan berdampak secara nasional," pungkasnya.