"Prinsip Kemendikbudristek yang selalu dipegang teguh itu gotong royong, kolaborasi, dan kerja sama, jadi pemerintah tidak mungkin berhasil membina sastra, tanpa komunitas-komunitas yang menghidupkannya," kata Suharti pada acara Malam Sastra yang diselenggarakan di kantor Badan Bahasa Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (8/7).
Ia menegaskan bahwa Kemendikbudristek tidak ingin malam sastra dilakukan tiap tahun tanpa ada bukti nyata, dan Badan Bahasa melalui komunitas-komunitas yang dibina selama ini telah banyak menghasilkan produk sastra yang berkualitas.
Baca juga: Badan Bahasa gelar Malam Sastra beri penghargaan kepada komunitas
Baca juga: Perhatian pemerintah NTB terhadap sastra masih minim
"Bantuan ini silakan dimanfaatkan sebaik-baiknya, dan digunakan untuk kegiatan apa pun yang menghidupkan sastra," ucap dia.
Menurutnya, secanggih apa pun kecerdasan buatan, tidak akan bisa menggantikan pemikiran yang dimiliki para sastrawan.
"Teknologi saat ini memang sudah bisa membuat kalimat-kalimat indah, chatGPT misalnya yang sudah bisa membuat kata berirama, tetapi teknologi tidak akan bisa menggantikan rasa dan pikiran kita, untuk itulah sastra ada," tuturnya.
Ia berharap, melalui acara dan ruang-ruang diskusi seperti ini, bisa ada regenerasi dan lahir sastrawan-sastrawan muda baru
Suharti pada kesempatan ini juga mengajak para pemuda untuk merenungi masa depan dunia lewat puisinya yang berjudul "Dunia yang Kita Punya".
Baca juga: Komunitas Salihara kembali selenggarakan Festival Sastra dan Gagasan
Baca juga: Komunitas seni dorong kebangkitan sastra Indonesia
Baca juga: Komunitas Sastra Indonesia Baca Puisi Bersama Menteri