Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat bencana tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang dipicu hujan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah tersebut.

Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Sadono Irawan di Kabupaten Malang, Sabtu mengatakan bahwa akibat peristiwa tanah longsor pada Jumat (8/7) tersebut, ada tiga orang korban dimana satu di antaranya meninggal dunia.

"Kejadian tanah longsor menimpa sebuah rumah, satu orang meninggal dunia sementara dua lainnya mengalami patah tulang," kata Sadono.

Sadono menjelaskan, peristiwa bencana tanah longsor tersebut terjadi di Dusun Sukoanyar RT18/04, Desa Wirotaman, Kecamatan Ampelgading pada Jumat (8/7) kurang lebih pada pukul 18.30 WIB, yang dipicu hujan dengan intensitas tinggi.

Menurutnya, identitas korban meninggal dunia tersebut berinisial S berusia 76 tahun, sementara untuk dua korban luka-luka bernama Felik berusia 14 tahun mengalami patah tulang kaki kanan dan Mega berusia 36 tahun mengalami patah tulang tangan kanan.

"Korban meninggal dunia akibat rumahnya tertimpa longsor setinggi 10 meter," katanya.

Baca juga: Hujan deras picu longsor di sejumlah wilayah Trenggalek

Sebagai informasi, hujan intensitas tinggi yang terjadi di wilayah tersebut menyebabkan peristiwa tanah longsor pada sejumlah titik. Tanah longsor terjadi di Desa Sidorenggo, Desa Mulyoasri, Desa Tamansari, Desa Simojayan, Dusun Sukomaju, dan Desa Wirotaman.

Longsor tersebut menyebabkan sejumlah akses jalan tertutup material. Selain itu, juga terjadi banjir luapan pada sejumlah titik diantaranya di Dusun Krajan, Dusun Sukomaju A, Dusun Sukomaju B, dan Dusun Lebaksari yang terletak di Kecamatan Ampelgading.

Selain di wilayah Kecamatan Ampelgading, bencana banjir juga terjadi di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kecamatan Gedangan dan Kecamatan Tirtoyudo akibat hujan intensitas tinggi yang terjadi sejak Kamis (6/70 hingga Jumat (7/7). Ratusan keluarga di wilayah tersebut terdampak bencana alam itu.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan laporan adanya potensi cuaca ekstrem akibat gangguan atmosfer di wilayah Jawa Timur. Jawa Timur berada pada musim kemarau dengan pola angin dominan dari arah Timur hingga Tenggara.

Namun, adanya gangguan pada atmosfer menyebabkan peningkatan potensi terjadinya cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Jawa Timur. Berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer terkini menunjukkan aktifnya gangguan atmosfer Madden Julian Oscilation (MJO), gelombang atmosfer Ekuatorial Kelvin dan gelombang atmosfer Ekuatorial Rossby.

Kondisi tersebut mengakibatkan potensi peningkatan pertumbuhan awan Cumulonimbus yang dapat memicu terjadinya cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai petir dan angin kencang sesaat pada periode 7-13 Juli 2023.

Baca juga: Pemprov Jatim tangani jembatan putus akibat banjir-longsor di Lumajang
Baca juga: BNPB: Tim SAR gabungan cari korban tertimbun longsor di Karangasem
Baca juga: BPBD Lumajang evakuasi tiga korban meninggal tanah longsor