Banyuasin, Sumatera Selatan (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengimbau semua keluarga untuk mulai menampung air bersih selama menghadapi El Nino yang berpotensi menyebabkan kekeringan guna mencegah meningkatnya jumlah balita stunting.

“Jadi, imbauan saya untuk semua keluarga, utamakan penggunaan air bersih. Terutama untuk konsumsi (air minum dan masak) itu harus dijaga betul,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo usai meninjau bedah rumah bagi keluarga stunting di Banyuasin, Sumatera Selatan, Kamis.

Sebagaimana informasi dari BMKG yang memprediksi El Nino menguat terjadi di bulan Juni sebesar 80 persen, kata Hasto, jika ketersediaan air bersih dan sanitasi layak berkontribusi besar dalam penanganan stunting.

Baca juga: Menko PMK: Stunting jadi neraka bagi pembangunan SDM RI

Baca juga: Keluarga berkualitas modal utama RI bersaing di kancah internasional


Jika benar Indonesia akan mengalami kekeringan, air bersih yang dikumpulkan menggunakan sumur bor, air sumur atau wadah tampung lainnya akan sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan tiap anak agar tidak terkena berbagai macam bakteri seperti Escherichia coli atau E. coli.

Adanya keterbatasan air ketika terjadi kekeringan, katanya, terkadang menimbulkan sikap abai masyarakat untuk mengonsumsi air tanpa memperhatikan dari mana sumber air atau kualitas air yang dikonsumsi. Contohnya, air sungai di sejumlah daerah yang digunakan sebagai tempat membuang feses penduduk, yang pada akhirnya tercemar E.coli.

Bakteri ini bisa menyebabkan anak terkena diare, sehingga berat badannya mengalami penurunan. Jika dibiarkan, dikhawatirkan jumlah balita stunting meningkat, karena sakit secara berulang akibat terinfeksi bakteri yang terkandung dalam air minum.

“Tolonglah dijaga betul air minumnya, itu diutamakan. Jangan yang tercemar oleh kotoran manusia,” kata Hasto.

Baca juga: Prajurit Kodam Sriwijaya siap turun ke permukiman tekan angka stunting

Belum lagi air sungai juga digunakan untuk Mandi Cuci Kakus (MCK). Kebiasaan tersebut, semakin mempersulit akses keluarga mendapatkan air bersih untuk pemenuhan zat bergizi keluarga seperti natrium dan mineral lainnya.

Sebelumnya, Hasto juga menekankan bila intervensi sensitif seperti menjaga kualitas air bersih dan sanitasi yang baik dapat berpengaruh terhadap pencegahan stunting hingga 70 persen. Dengan demikian, masyarakat dapat bekerja sama untuk mengubah perilaku tidak baik tersebut.

“Kalau diarenya banyak, itu akan jadi masalah yang berat buat kita mencegah (dan menurunkan angka) stunting,” ucapnya.