Jenazah Chavez akan dipajang di museum
8 Maret 2013 14:08 WIB
Presiden Argentina Cristina Fernandez (kiri), Presiden Uruguay Jose Mujica (kedua kiri), dan Presiden Bolivia Evo Morales (kedua kanan) berdiri di depan peti jenazah Presiden Venezuela Hugo Chavez yang disemayamkan di akademi militer di Caracas, Rabu (6/3). (REUTERS/Miraflores Palace)
Caracas (ANTARA News) - Jenazah Presiden Venezuela Hugo Chavez akan dibalsem dan diawetkan untuk kemudian dipamerkan di museum setelah upacara persemayaman dan masa berkabung usai.
Kerumunan massa masih berkumpul memberikan penghormatan terakhir kepada Chavez setelah tokoh revolusioner Venezuela itu wafat, Selasa.
Wakil Presiden Nicolas Maduro mengatakan pembalseman dilakukan layaknya terhadap pemimpin lain seperti Lenin, Stalin, dan Mao, sebagai bentuk penghormatan.
"Telah diputuskan bahwa jenazah 'El Comandante' akan dibalsem sehingga beliau akan tetap abadi bagi rakyat Venezuela," kata Maduro dalam sebuah siaran televisi pemerintah.
Chavez yang merupakan bekas anggota pasukan khusus, meninggal pada usia 58 tahun setelah berperang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya selama dua tahun terakhir.
Ia menjabat sebagai presiden selama 14 tahun dan kini jenazahnya terbaring di sebuah gedung akademi militer.
Pemerintah Venezuela mengatakan bahwa lebih dari dua juta pendukung telah melayat sejak Rabu.
Maduro mengatakan upacara resmi pemakaman Chavez dilangsungkan Jumat sore waktu setempat dan puluhan kepala negara akan turut hadir.
Antrian panjang mengular di sekitar akademi itu pada Kamis saat puluhan ribu rakyat Venezuela ingin memberikan penghormatan kepada pemimpin mereka dengan mengangkat kepalan telapak tangannya.
Dari prajurit kelelahan dan perwira militer yang berpakaian seragam upacara, hingga warga yang paling mengidolakan Chavez, siap untuk mendukung Maduro, penerus pilihan Chavez.
"Saya tiba sejak dini hari untuk melihat Chavez, dia adalah idola saya," kata Henry Acosta (56).
Sementara Berta Colmenares (77) mengatakan seorang pendukung setia Chavez atau "Chavistas" harus meneruskan revolusi dengan mendukung Maduro.
"Saya akan memberikan suara untuk Maduro, siapa lagi? Dia adalah satu-satunya orang yang dipilih Chavez dan kami harus mengikuti kemauan beliau," katanya.
Chavez didandani dengan seragam militer yang lengkap dengan baret merah yang ia kenakan pada saat pidato pada 1992 yang mengumumkan tentang niatnya untuk terjun ke politik setelah dia gagal menjalankan kudeta.
Rakyat Venezuela hanya mendapat kesempatan beberapa detik saja untuk melihat jenazah Chavez yang ditempatkan di dalam peti kayu, yang memiliki tutup kaca serta berhiaskan rangkaian bunga dan bendera Venezuela.
Seorang sumber dalam pemerintah mengatakan kepada Reuters bahwa Chavez mengalami koma sejak Senin lalu dan meninggal pada hari berikutnya akibat kegagalan sistem pernafasan sejak kondisinya memburuk pada akhir pekan lalu. Chavez sebelumnya sempat memimpin rapat kabinet selama lima jam sambil terbaring di tempat tidurnya.
Kanker yang diduga menyerang bagian panggul Chavez telah menyebar hingga paru-paru ketika ia meninggal, kata sumber yang tidak disebutkan namanya itu.
Kerumunan massa masih berkumpul memberikan penghormatan terakhir kepada Chavez setelah tokoh revolusioner Venezuela itu wafat, Selasa.
Wakil Presiden Nicolas Maduro mengatakan pembalseman dilakukan layaknya terhadap pemimpin lain seperti Lenin, Stalin, dan Mao, sebagai bentuk penghormatan.
"Telah diputuskan bahwa jenazah 'El Comandante' akan dibalsem sehingga beliau akan tetap abadi bagi rakyat Venezuela," kata Maduro dalam sebuah siaran televisi pemerintah.
Chavez yang merupakan bekas anggota pasukan khusus, meninggal pada usia 58 tahun setelah berperang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya selama dua tahun terakhir.
Ia menjabat sebagai presiden selama 14 tahun dan kini jenazahnya terbaring di sebuah gedung akademi militer.
Pemerintah Venezuela mengatakan bahwa lebih dari dua juta pendukung telah melayat sejak Rabu.
Maduro mengatakan upacara resmi pemakaman Chavez dilangsungkan Jumat sore waktu setempat dan puluhan kepala negara akan turut hadir.
Antrian panjang mengular di sekitar akademi itu pada Kamis saat puluhan ribu rakyat Venezuela ingin memberikan penghormatan kepada pemimpin mereka dengan mengangkat kepalan telapak tangannya.
Dari prajurit kelelahan dan perwira militer yang berpakaian seragam upacara, hingga warga yang paling mengidolakan Chavez, siap untuk mendukung Maduro, penerus pilihan Chavez.
"Saya tiba sejak dini hari untuk melihat Chavez, dia adalah idola saya," kata Henry Acosta (56).
Sementara Berta Colmenares (77) mengatakan seorang pendukung setia Chavez atau "Chavistas" harus meneruskan revolusi dengan mendukung Maduro.
"Saya akan memberikan suara untuk Maduro, siapa lagi? Dia adalah satu-satunya orang yang dipilih Chavez dan kami harus mengikuti kemauan beliau," katanya.
Chavez didandani dengan seragam militer yang lengkap dengan baret merah yang ia kenakan pada saat pidato pada 1992 yang mengumumkan tentang niatnya untuk terjun ke politik setelah dia gagal menjalankan kudeta.
Rakyat Venezuela hanya mendapat kesempatan beberapa detik saja untuk melihat jenazah Chavez yang ditempatkan di dalam peti kayu, yang memiliki tutup kaca serta berhiaskan rangkaian bunga dan bendera Venezuela.
Seorang sumber dalam pemerintah mengatakan kepada Reuters bahwa Chavez mengalami koma sejak Senin lalu dan meninggal pada hari berikutnya akibat kegagalan sistem pernafasan sejak kondisinya memburuk pada akhir pekan lalu. Chavez sebelumnya sempat memimpin rapat kabinet selama lima jam sambil terbaring di tempat tidurnya.
Kanker yang diduga menyerang bagian panggul Chavez telah menyebar hingga paru-paru ketika ia meninggal, kata sumber yang tidak disebutkan namanya itu.
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Tags: