Pentingnya ukuran ring yang tepat bagi pasien jantung koroner
6 Juli 2023 18:29 WIB
Ilustrasi - Dokter dan tim cath lab dari RSUP Ngoerah Bali melakukan operasi perdana jantung koroner di RSUD Komodo, Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Rabu (10/5/2023). (ANTARA/HO-Kemenkes)
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Dr. med. dr. Denio A. Ridjab, Sp.JP (K) mengatakan stent atau ring yang dipasang pada pasien dengan penyakit jantung koroner harus memiliki ukuran yang tepat guna menghindari masalah lain di kemudian hari.
"Ukuran ring yang bisa kita pakai itu sangat memberikan keuntungan untuk kita tahu supaya tidak terlalu panjang, tidak terlalu kecil, tidak terlalu pendek, tidak terlalu besar," kata Denio dalam webinar kesehatan yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Pemilihan ukuran ring harus didasarkan pada diameter pembuluh darah jantung dan penyempitan atau penumpukan plak yang terjadi di area tersebut. Apabila ukuran ring terlalu kecil, maka hal ini akan menimbulkan penyempitan kembali setelah kateterisasi jantung.
"Dengan ring yang terlalu kecil, berarti ring-nya itu sendiri nggak menempel ke dinding (pembuluh darah). Dan karena dia nggak menempel ke dindingnya, ada ruangan yang bisa timbul lagi pengendapan," jelas Denio.
Baca juga: Mewujudkan rumah sakit Biak jadi rujukan pasien jantung di Papua
Begitu pula dengan ukuran ring yang terlalu besar yang dapat menimbulkan bahaya di kemudian hari. Ring yang terlalu besar bisa menyebabkan pembuluh darah pecah.
"Seperti kita memasukkan sesuatu di dalam pipa yang lebih kecil ukurannya, lama-lama pipanya juga bisa pecah. Atau dalam hal ini, pembuluh darahnya bisa luka dan bisa menimbulkan masalah," kata dokter dari Heartology Cardiovascular Hospital itu.
Dia menekankan bahwa pemasangan ring pada pembuluh darah jantung bertujuan untuk mengoptimalkan aliran darah. Dengan ukuran yang tepat, diharapkan ring tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu lama sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.
Baca juga: ASN Biak Numfor bersyukur pemasangan ring jantung dicakup JKN-KIS
Penentuan ukuran diameter dan panjang yang akurat bisa didapatkan dengan bantuan alat IVUS (intravascular ultrasound) yang dapat memberikan gambaran lebih detail pada struktur anatomi pembuluh darah yang terkena penyumbatan.
"Ada studinya yang memang lihat bahwa dibandingkan dengan kita melakukan pemasangan ring semata dengan hanya melihat dengan bantuan angiografi, penggunaan IVUS ini berkaitan dengan angka kejadian kardiovaskular yang lebih baik. Jadi, untuk mencapai outcome yang lebih optimal dan lebih jangka panjangnya," kata Denio.
Apabila ring sudah terpasang dengan tepat, Denio mengingatkan agar pasien senantiasa menjaga kondisi tubuh dan meminimalkan faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner. Selain itu, tetap patuh dalam mengonsumsi obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter.
"Kalau penyempitannya cuma satu, kita jaga supaya penyempitan itu nggak ada lagi. Ring-nya awet seumur hidup. Tapi kadang-kadang kan nggak semua dipasang ring, ada bagian yang masih 30-40 persen atau 50 persen, itu harus menjaga supaya dia nggak nambah," pungkas Denio.
Baca juga: Pelatihan pemasangan ring jantung digelar Perki Tulungagung-Jatim
"Ukuran ring yang bisa kita pakai itu sangat memberikan keuntungan untuk kita tahu supaya tidak terlalu panjang, tidak terlalu kecil, tidak terlalu pendek, tidak terlalu besar," kata Denio dalam webinar kesehatan yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Pemilihan ukuran ring harus didasarkan pada diameter pembuluh darah jantung dan penyempitan atau penumpukan plak yang terjadi di area tersebut. Apabila ukuran ring terlalu kecil, maka hal ini akan menimbulkan penyempitan kembali setelah kateterisasi jantung.
"Dengan ring yang terlalu kecil, berarti ring-nya itu sendiri nggak menempel ke dinding (pembuluh darah). Dan karena dia nggak menempel ke dindingnya, ada ruangan yang bisa timbul lagi pengendapan," jelas Denio.
Baca juga: Mewujudkan rumah sakit Biak jadi rujukan pasien jantung di Papua
Begitu pula dengan ukuran ring yang terlalu besar yang dapat menimbulkan bahaya di kemudian hari. Ring yang terlalu besar bisa menyebabkan pembuluh darah pecah.
"Seperti kita memasukkan sesuatu di dalam pipa yang lebih kecil ukurannya, lama-lama pipanya juga bisa pecah. Atau dalam hal ini, pembuluh darahnya bisa luka dan bisa menimbulkan masalah," kata dokter dari Heartology Cardiovascular Hospital itu.
Dia menekankan bahwa pemasangan ring pada pembuluh darah jantung bertujuan untuk mengoptimalkan aliran darah. Dengan ukuran yang tepat, diharapkan ring tersebut dapat bertahan dalam jangka waktu lama sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.
Baca juga: ASN Biak Numfor bersyukur pemasangan ring jantung dicakup JKN-KIS
Penentuan ukuran diameter dan panjang yang akurat bisa didapatkan dengan bantuan alat IVUS (intravascular ultrasound) yang dapat memberikan gambaran lebih detail pada struktur anatomi pembuluh darah yang terkena penyumbatan.
"Ada studinya yang memang lihat bahwa dibandingkan dengan kita melakukan pemasangan ring semata dengan hanya melihat dengan bantuan angiografi, penggunaan IVUS ini berkaitan dengan angka kejadian kardiovaskular yang lebih baik. Jadi, untuk mencapai outcome yang lebih optimal dan lebih jangka panjangnya," kata Denio.
Apabila ring sudah terpasang dengan tepat, Denio mengingatkan agar pasien senantiasa menjaga kondisi tubuh dan meminimalkan faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner. Selain itu, tetap patuh dalam mengonsumsi obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter.
"Kalau penyempitannya cuma satu, kita jaga supaya penyempitan itu nggak ada lagi. Ring-nya awet seumur hidup. Tapi kadang-kadang kan nggak semua dipasang ring, ada bagian yang masih 30-40 persen atau 50 persen, itu harus menjaga supaya dia nggak nambah," pungkas Denio.
Baca juga: Pelatihan pemasangan ring jantung digelar Perki Tulungagung-Jatim
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023
Tags: