Jakarta (ANTARA News) - Krisis di Sabah terus bergulir dan Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Razak secara tegas telah menolak tawaran gencatan senjata yang ditawarkan oleh pemimpin kelompok bersenjata Kesultanan Sulu, Kamis.

PM Najib, yang berkunjung ke Sabah untuk memantau operasi keamanan di sana, Kamis, menegaskan bahwa Malaysia meminta kelompok bersenjata itu menyerah tanpa sarat dan meletakkan senjata.

"Saya sudah menelpon Presiden Aquino dan katakan bahwa mereka harus meletakkan senjata secepat mungkin," kata pemimpin Malaysia itu di sebuah desa yang berdekatan dengan markas kelompok bersenjata asal Filipina.

"Kami telah memberi waktu lebih dari tiga pekan untuk menyerahkan diri, dan kami telah tunda hingga tiga kali. Kami hanya bertindak setelah aksi mereka menewaskan delapan orang polisi Malaysia," ujar dia seperti dilaporkan AlJazeera.

Hingga berita ini diturunkan, tercatat 60 orang tewas, di antaranya 31 orang kelompok bersenjata Filipina dan 8 polisi Malaysia.

Jamalul Kiram III--pria yang mengklaim dirinya sebagai Sultan Sulu--mengumumkan gencatan senjata yang efektif berlaku pada hari ini, pukul 12.30 siang waktu setempat.

"Mereka (kelompok bersenjata dari Filipina) tidak akan bertindak apa-apa. Mereka akan tetap berada di mana mereka sekarang. Mereka tidak akan meluaskan daerah operasi," kata seorang juru bicara yang membacakan keterangan tertulis Sultan Sulu, di Manila, Kamis.

Tawaran gencatan senjata ini datang setelah Malaysia mengerahkan operasi militer ke kawasan Pulau Sabah, sebagai reaksi serangan kelompok bersenjata Filipina yang tiba di pulau itu bulan lalu.

Jumlah kelompok bersenjata yang menyebut diri mereka sebagai "pasukan Kesultanan Sulu" diperkirakan tinggal 100-300 orang.