Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus serius dalam meningkatkan kualitas internet jika ingin menerapkan konsep kerja dari rumah (work from home/WFH) sebagai salah satu cara demi mengurangi kemacetan di daerah itu.

"Saya ingin mengharapkan ada 'effort' yang besar dari Pemprov DKI Jakarta untuk meningkatkan kemampuan internet 'conectivity' di sini," kata Pakar Transportasi, Danang Parikesit dalam Diskusi Grup Terfokus (focus group discussion/FGD) Penanganan Kemacetan Jakarta, di Jakarta, Kamis.

Menurut Danang, penerapan WFH akan mengurangi aktivitas warga di luar, terkhusus kendaraan di jalanan.

Kondisi itu membuat masyarakat harus mengandalkan teknologi informasi guna melanjutkan pekerjaan.

Konektivitas itu dapat berjalan dengan baik jika Pemprov DKI bisa menyediakan layanan jaringan internet yang baik.

Baca juga: Ini kata Dishub DKI terkait kemacetan di Jakarta

Dengan demikian, katanya, aktivitas fisik bisa digantikan dengan aktivitas virtual secara penuh.

"Kita mengurangi 'physical mobility'. Ini 'challenge' kita bagaimana kita mendorong lebih banyak 'virtual mobility' daripada 'physical mobility'," jelas dia.

Dia berharap Pemprov bisa memulai langkah langkah konkret guna memperbaiki kualitas jaringan internet Ibu Kota.

Sebelumnya, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Wiliam Aditya Sarana mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memberlakukan sistem kerja dari rumah atau WFH seperti era pandemi COVID-19 untuk mengurangi kemacetan.

"Yang saya usulkan, penerapan WFH yang sudah terbukti berhasil ketika pandemi dan jalan kosong," kata anggota Komisi A DPRD DKI Jakarta itu.

Baca juga: Pemprov DKI selesaikan kemacetan secara bertahap

Menurut Wiliam, penerapan WFH ketika pandemi COVID-19 terbukti menurunkan angka kemacetan.

Selain itu, kualitas udara juga semakin bersih lantaran tidak ada kendaraan yang lalu-lalang di jalan.

Untuk mewujudkan usulan kebijakan tersebut, Wiliam meminta Pemprov DKI Jakarta berkoordinasi dengan perusahaan dan pengelola perkantoran guna membahas sistem kerja dari rumah.

"Mungkin sistem kerja 'hybrid'. Jadi, tiga hari WFH dan sisanya di kantor. Itu perlu dipertimbangkan," kata dia.