Wali Kota sebut stunting di Surabaya tinggal 651 balita
6 Juli 2023 07:48 WIB
Foto Arsip - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat mengunjungi anak stunting di Kelurahan Kertajaya, Kota Surabaya beberapa waktu lalu. ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya.
Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyebut saat ini tinggal 651 balita yang mengalami stunting atau tengkes (gagal bertubuh dan berkembang/kerdil) di Kota Pahlawan, Jawa Timur.
"Surabaya bisa menurunkan angka stunting bukan karena wali kotanya dan pemerintahannya, tapi karena warganya yang guyub rukun dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya," kata Wali Kota Eri dalam keterangannya di Surabaya, Kamis.
Adapun data prevalensi stunting di Kota Surabaya pada tahun 2021 tercatat mencapai 28,9 persen (6.722 balita), di akhir 2022 turun signifikan hingga ke angka 4,8 persen (923 balita). Selanjutnya pada tahun 2023, per 30 Juni 2023, tercatat hanya tersisa 651 balita, termasuk balita yang mengalami penyakit yang sulit disembuhkan.
Atas upaya tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani diganjar penghargaan Manggala Karya Kencana (MKK) oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia (RI).
Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo dalam rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 Tahun 2023, di Sumatera Selatan, Selasa (4/7) malam. Penghargaan tertinggi ini diberikan atas prestasi dan komitmennya dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Kota Surabaya.
Menurut Wali Kota Eri, warga Surabaya memang harus memiliki mindsite atau cara berpikir yang kuat, sehingga wali kota siapapun nanti ke depannya, dia harus ikut dalam kepentingan warga.
Makanya, ia sangat yakin dengan adanya PKK, KSH, LPMK, tim pendamping keluarga, RT-RW yang saat ini sudah bisa melihat angka stunting di wilayahnya, maka akan terpacu untuk saling membantu sehingga tercipta guyub rukunnya.
"Itulah kekuatan Surabaya hari ini," katanya.
Oleh karena itu, dengan adanya sinergi dan kolaborasi dari semua pihak ditambah dengan adanya Kampung Madani dan Kampung Pancasila yang mulai diterapkan di Surabaya, maka dia sangat yakin persoalan stunting, gizi buruk, kemiskinan, angka kematian ibu dan anak dan semua masalah di Surabaya akan cepat terselesaikan.
"Sekali lagi, kekuatan kita ada di masyarakat, terbukti dengan kita bisa merebut kemerdekaan dan berhasil bertempur dalam 10 November. Jadi, kekuatan kita adalah kekuatan masyarakat," ujarnya.
Baca juga: Belajar dari Surabaya sukses turunkan prevalensi stunting
Baca juga: Kemenkes RI puji penanganan stunting di Kota Surabaya
Baca juga: BKKBN ajak keluarga fokuskan keuangan rumah tangga guna cegah stunting
Baca juga: Provinsi yang prevalensi stunting tinggi akan diberi perhatian khusus
"Surabaya bisa menurunkan angka stunting bukan karena wali kotanya dan pemerintahannya, tapi karena warganya yang guyub rukun dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya," kata Wali Kota Eri dalam keterangannya di Surabaya, Kamis.
Adapun data prevalensi stunting di Kota Surabaya pada tahun 2021 tercatat mencapai 28,9 persen (6.722 balita), di akhir 2022 turun signifikan hingga ke angka 4,8 persen (923 balita). Selanjutnya pada tahun 2023, per 30 Juni 2023, tercatat hanya tersisa 651 balita, termasuk balita yang mengalami penyakit yang sulit disembuhkan.
Atas upaya tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani diganjar penghargaan Manggala Karya Kencana (MKK) oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia (RI).
Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo dalam rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 Tahun 2023, di Sumatera Selatan, Selasa (4/7) malam. Penghargaan tertinggi ini diberikan atas prestasi dan komitmennya dalam pelaksanaan Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Kota Surabaya.
Menurut Wali Kota Eri, warga Surabaya memang harus memiliki mindsite atau cara berpikir yang kuat, sehingga wali kota siapapun nanti ke depannya, dia harus ikut dalam kepentingan warga.
Makanya, ia sangat yakin dengan adanya PKK, KSH, LPMK, tim pendamping keluarga, RT-RW yang saat ini sudah bisa melihat angka stunting di wilayahnya, maka akan terpacu untuk saling membantu sehingga tercipta guyub rukunnya.
"Itulah kekuatan Surabaya hari ini," katanya.
Oleh karena itu, dengan adanya sinergi dan kolaborasi dari semua pihak ditambah dengan adanya Kampung Madani dan Kampung Pancasila yang mulai diterapkan di Surabaya, maka dia sangat yakin persoalan stunting, gizi buruk, kemiskinan, angka kematian ibu dan anak dan semua masalah di Surabaya akan cepat terselesaikan.
"Sekali lagi, kekuatan kita ada di masyarakat, terbukti dengan kita bisa merebut kemerdekaan dan berhasil bertempur dalam 10 November. Jadi, kekuatan kita adalah kekuatan masyarakat," ujarnya.
Baca juga: Belajar dari Surabaya sukses turunkan prevalensi stunting
Baca juga: Kemenkes RI puji penanganan stunting di Kota Surabaya
Baca juga: BKKBN ajak keluarga fokuskan keuangan rumah tangga guna cegah stunting
Baca juga: Provinsi yang prevalensi stunting tinggi akan diberi perhatian khusus
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023
Tags: