Jakarta (ANTARA) - Ketua Pengurus Besar (PB) Al-Washliyah Mahmudi Affan Rangkuti mengatakan ibadah haji merupakan khoirunnas anfa’uhum linnas, yang bermakna bahwa haji merupakan panggung silaturahim hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Allah SWT.

“Konsep haji sejatinya mencerdaskan kepekaan kehidupan diri dan lingkungan, lebih luas kepekaan kepada bangsa dan seluruh manusia, serta alam. Itu konsep haji mabrur dengan ciri: pertama, santun kata; kedua, tebar kedamaian; ketiga, saleh pribadi dan sosial,” kata Mahmudi dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan umat saat ini seharusnya dapat meneladani spirit mencintai bangsa, membenci kekerasan, dan semangat belajar yang diwariskan oleh para pendahulu bangsa, seperti K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asyari yang membawa perubahan sosial pasca-beribadah haji.

"Semakin tinggi semangat para ulama terdahulu, apalagi setelah pulang dari berhaji karena haji menggambarkan satu kondisi manusia yang santun dalam bertutur kata, manusia penebar kedamaian, manusia saleh pribadi dan sosial. Karena dalam haji ada bekal takwa yang paripurna,” imbuhnya.

Ketua Umum Pengurus Besar Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia (PB FKAPHI) itu juga mengatakan wukuf, yang merupakan salah satu rukun wajib haji, sarat makna sakral, termasuk makna perdamaian dan kesalehan sosial.

Baca juga: Kemenag berencana gunakan AI untuk verifikasi dokumen calon haji 2024
“Wukuf adalah masa perenungan, muhasabah, titik awal memperbaiki diri dan bermanfaat bagi diri dan alam semesta. Wukuf menggambarkan kedamaian tanpa caci maki, bertengkar, menghancurkan, kekerasan. Wukuf adalah representatif kehidupan damai dengan apapun," terangnya.

Lebih lanjut, kepada umat Islam yang belum dapat menunaikan ibadah haji, Mahmudi mengimbau agar senantiasa melaksanakan konsep yakin dan memperbanyak ilmu melalui proses belajar yang ikhlas, guna membekali diri dengan ketakwaan.

"Laksanakanlah konsep yaqin agar hidup selalu bercahaya dan berbaik sangka. Tentu kita harus tahu apa itu haji, apa makna dan hakikat haji, maka harus belajar atas hal itu," kata Mahmudi.

"Memperoleh takwa tentu ada proses, belajar dan berbincang menuntut ilmulah dengan orang-orang saleh. Ilmul yakin, ainul yakin dan haqqul yakin," sambung dia.

Lebih lanjut, Mahmudi memandang pemimpin memiliki peran besar memperkuat persatuan guna memelihara persaudaraan, kebangsaan, dan perdamaian sebagaimana makna ibadah haji.

"Pemimpin agama senantiasa membangun komunikasi intensif antar sesama pemuka agama dalam merumuskan dan mendiskusikan segala hal perbedaan, mitigasi persoalan," katanya.

Mahmudi juga menekankan pentingnya penanaman nilai persaudaraan kebangsaan yang di dalamnya terdapat nilai agama, sosial, dan budaya.

“Ini yang saya sebut dengan kehidupan yang bernafaskan agama, kehidupan yang bernafaskan budaya, kehidupan bernafaskan sosial. Karena semua agama pasti mengajarkan persaudaraan, cinta, dan damai,” imbuh Mahmudi.

Baca juga: Anggota DPR RI: Pembentukan Panja Haji akan dipercepat
Baca juga: Timwas Haji DPR: Pemerintah perlu evaluasi mashariq secara menyeluruh