Director General The Japan Foundation Jakarta Takahashi Yuichi mengatakan bahwa terminologi Ningyo dalam Bahasa Jepang berarti boneka, atau secara harfiah diartikan sebagai benda yang berbentuk manusia.
"Budaya boneka di Jepang sendiri telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Jepang terdahulu, yang bermula dari ritual pengusiran roh jahat, kemudian digunakan untuk mendoakan pertumbuhan anak, hingga semakin berkembang pada abad ke-17," katanya.
Baca juga: Sambal Misato, boneka orangutan terlaris di Indonesia Bazaar Osaka
Takahashi mengungkapkan, pameran ini memaparkan macam-macam jenis boneka Jepang melalui empat babak, yaitu Boneka sebagai doa bagi kesehatan anak; Boneka sebagai sebuah karya seni; Boneka sebagai bagian dari kesenian masyarakat; dan Penyebaran kebudayaan boneka di Jepang.
Adapun total karya yang dipamerkan pada pameran ini sebanyak 67 karya boneka tradisional dan modern yang disertai penjelasan sejarah, fungsi, dan penyebarannya dalam kebudayaan masyarakat Jepang.
Menurut dia, kerja sama antara GNI dan The Japan Foundation selalu membuahkan program atau pameran yang atraktif, menginspirasi, dan berkesan.
Tak terkecuali dengan Pameran Ningyo yang menampilkan bagaimana unsur budaya dapat berkembang dan membaur dengan budaya modern.
"Saya harapkan publik dapat mengambil inspirasi dari pameran ini, dan membantu mendorong kemajuan kebudayaan nasional," ujarnya.
Pameran "Ningyo: Art and Beauty of Japanese Dolls" adalah bagian dari program pameran keliling yang digagas oleh The Japan Foundation di Tokyo, Jepang.
Kehadiran pameran ini di Indonesia sekaligus merayakan 65 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang.
Selain di Jakarta, pameran yang sama juga akan digelar di Surabaya dan Bali mulai bulan Juli hingga Oktober 2023.
Baca juga: Melukis boneka kokeshi khas Jepang