Seoul (ANTARA) - Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korea Selatan pada Selasa (4/7) merevisi proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil negara itu menjadi 1,4 persen untuk tahun 2023.

Angka tersebut turun 0,2 poin persentase dari estimasi yang dikeluarkan pada Desember tahun lalu.

Menurut Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korsel, PDB riil negara itu yang disesuaikan dengan inflasi, diperkirakan tumbuh 1,4 persen pada 2023.

Angka itu turun 0,2 poin persentase dari estimasi kementerian yang diumumkan pada Desember tahun lalu.

Proyeksi kementerian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi 1,5 persen yang dikeluarkan Institute Pembangunan Korea (KDI), Dana Moneter Internasional (IMF), dan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

Pihak kementerian memperkirakan ekspor Seoul akan turun 6,6 persen pada tahun ini, menandai revisi turun sebesar 4,5 persen dari perkiraan sebelumnya.

Pengiriman outbound terus mengalami penurunan selama sembilan bulan berturut-turut hingga Juni akibat lemahnya permintaan global untuk produk buatan lokal, terutama semikonduktor.

Menurut kementerian tersebut, ekspor kemungkinan akan mengalami rebound pada paruh kedua 2023 berkat efek dasar yang rendah.

Impor diperkirakan turun 8,6 persen pada tahun ini akibat lebih rendahnya harga energi global dan melemahnya permintaan barang modal.

Prospek surplus neraca berjalan ditetapkan sebesar 23 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.018) pada 2023.

Konsumsi swasta diprediksi akan meningkat 2,5 persen tahun ini, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya.

Sementara itu, investasi konstruksi diproyeksikan naik 0,6 persen karena adanya ekspektasi akan dimulainya kembali konstruksi yang tertunda. Namun investasi fasilitas diperkirakan merosot 1,2 persen karena perlambatan sektor semikonduktor.

Kementerian tersebut merevisi turun proyeksi inflasi indeks harga konsumen (headline inflation) tahun ini sebesar 0,2 poin persentase menjadi 3,3 persen.

Revisi penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga bahan baku dan produk pertanian.

Inflasi harga konsumen negara itu melambat pada 2023 dari 5,2 persen pada Januari menjadi 4,8 persen pada Februari, 4,2 persen pada Maret, 3,7 persen pada April, 3,3 persen pada Mei, dan 2,7 persen pada Juni.

Kementerian mencatat bahwa masih ada ketidakpastian mengenai proyeksi inflasi karena sejumlah faktor seperti kenaikan biaya utilitas publik, kondisi cuaca, dan risiko-risiko geopolitik di Eropa.

Jumlah lapangan pekerjaan diperkirakan akan bertambah 320.000 pada 2023, menandai revisi naik dari proyeksi pertumbuhan sebelumnya yang sebesar 100.000.

Pertumbuhan lapangan kerja secara tahunan (year on year) melampaui angka 300.000 selama lima bulan berturut-turut hingga Mei.