Tanggulangi antraks di Gunungkidul, Kemenkes libatkan lintas sektor
5 Juli 2023 16:40 WIB
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi saat menyampaikan komentar saat pelaksanaan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2023 di Balai Sidang JCC, Jakarta, Jumat (23/2/2023) (FOTO ANTARA/Andi Firdaus)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melibatkan peran lintas sektor untuk menindaklanjuti kasus penyakit antraks yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Untuk kasus antraks ini sudah ada tiga meninggal. Kami koordinasi dengan lintas sektor, terutama Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menindaklanjuti antraks ini," kata Dirjen Penanggulangan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Rabu.
Kemenkes bersama Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan setempat melakukan penguatan surveilans untuk melacak setiap warga yang positif antraks sehingga dapat diobati dan dirawat di rumah sakit.
Sedangkan penanganan terhadap hewan ternak yang diduga menjadi penyebab antraks ditangani oleh Kementan dan Dinas Peternakan setempat.
Ia mengatakan hingga saat ini terdata 93 warga berkategori suspek antraks di dua kecamatan wilayah Gunungkidul, yakni Semanu dan Karangmojo.
Kemenkes telah memeriksa spesimen pasien melalui serologi untuk diperiksa menggunakan metode genom sekuensing.
"Spesimennya masih diperiksa, kalau dari gejala kelihatan positif untuk antraks. Tapi kami masih menunggu hasil laboratorium," kata Maxi Rein Rondonuwu .
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan kasus antraks di Gunungkidul diduga ditularkan dari daging sapi yang terkontaminasi virus antraks, lalu dikonsumsi pasien.
"Sapi bisa tertular saat memakan rumput yang mengandung virus antraks," katanya.
Menurut dia Gunung Kidul termasuk dalam klasifikasi daerah endemi antraks, sehingga otoritas terkait perlu melakukan pengecekan lebih jauh terhadap potensi hewan ternak di lokasi itu dari penularan antraks.
"Jangan membeli sapi yang harganya murah, apalagi seusai Idul Adha. Dinas Peternakan harus periksa semua," katanya.
Upaya preventif diyakini Kemenkes bisa mengantisipasi penularan penyakit yang bersumber dari hewan ke manusia, salah satunya dengan menghindari pemanfaatan pakan ternak dari rumput di daerah endemi antraks.
"Kalau ada sapi dan kambing tiba-tiba sakit dan spesifik antraks, buru-buru dikubur, jangan dijual dagingnya," katanya.
Selain itu, mengolah daging harus sesuai dengan panduan kesehatan dan memasaknya harus benar-benar matang, demikian Siti Nadia Tarmizi.
Baca juga: Kemenkes: Tiga warga Gunung Kidul meninggal akibat antraks
Baca juga: Dinkes Gunungkidul telusuri warga konsumsi daging sapi positif antraks
Baca juga: 12 warga Gunung Kidul terserang antraks
Baca juga: BBVet Wates rekomendasikan Pemkab Gunung Kidul tidak keluarkan ternak
"Untuk kasus antraks ini sudah ada tiga meninggal. Kami koordinasi dengan lintas sektor, terutama Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menindaklanjuti antraks ini," kata Dirjen Penanggulangan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu di Jakarta, Rabu.
Kemenkes bersama Dinas Kesehatan dan Dinas Peternakan setempat melakukan penguatan surveilans untuk melacak setiap warga yang positif antraks sehingga dapat diobati dan dirawat di rumah sakit.
Sedangkan penanganan terhadap hewan ternak yang diduga menjadi penyebab antraks ditangani oleh Kementan dan Dinas Peternakan setempat.
Ia mengatakan hingga saat ini terdata 93 warga berkategori suspek antraks di dua kecamatan wilayah Gunungkidul, yakni Semanu dan Karangmojo.
Kemenkes telah memeriksa spesimen pasien melalui serologi untuk diperiksa menggunakan metode genom sekuensing.
"Spesimennya masih diperiksa, kalau dari gejala kelihatan positif untuk antraks. Tapi kami masih menunggu hasil laboratorium," kata Maxi Rein Rondonuwu .
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengatakan kasus antraks di Gunungkidul diduga ditularkan dari daging sapi yang terkontaminasi virus antraks, lalu dikonsumsi pasien.
"Sapi bisa tertular saat memakan rumput yang mengandung virus antraks," katanya.
Menurut dia Gunung Kidul termasuk dalam klasifikasi daerah endemi antraks, sehingga otoritas terkait perlu melakukan pengecekan lebih jauh terhadap potensi hewan ternak di lokasi itu dari penularan antraks.
"Jangan membeli sapi yang harganya murah, apalagi seusai Idul Adha. Dinas Peternakan harus periksa semua," katanya.
Upaya preventif diyakini Kemenkes bisa mengantisipasi penularan penyakit yang bersumber dari hewan ke manusia, salah satunya dengan menghindari pemanfaatan pakan ternak dari rumput di daerah endemi antraks.
"Kalau ada sapi dan kambing tiba-tiba sakit dan spesifik antraks, buru-buru dikubur, jangan dijual dagingnya," katanya.
Selain itu, mengolah daging harus sesuai dengan panduan kesehatan dan memasaknya harus benar-benar matang, demikian Siti Nadia Tarmizi.
Baca juga: Kemenkes: Tiga warga Gunung Kidul meninggal akibat antraks
Baca juga: Dinkes Gunungkidul telusuri warga konsumsi daging sapi positif antraks
Baca juga: 12 warga Gunung Kidul terserang antraks
Baca juga: BBVet Wates rekomendasikan Pemkab Gunung Kidul tidak keluarkan ternak
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023
Tags: