Tim Horas USU ingin tampil lebih baik di Shell Eco-Marathon 2023
5 Juli 2023 15:15 WIB
Mobil rakitan tim Horas Universitas Sumatera Utara ketika ditemui di paddock Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Shell Eco-Marathon Asia Pasifik dan Timur Tengah 2023, Rabu (5/7/2023). (ANTARA/Zaro Ezza Syachniar)
Lombok, NTB (ANTARA) - Manajer Tim Horas Universitas Sumatera Utara (USU) Medan Christofer David mengatakan ingin tampil lebih baik di Shell Eco-Marathon (SEM) Asia Pasifik dan Timur Tengah 2023 di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Pada ajang yang diselenggarakan 4-9 Juli itu, tim Horas memilih menggunakan bahan bakar bensin berdasarkan hasil evaluasi kejuaraan SEM pada tahun lalu di tempat yang sama.
“Tahun lalu kami ikut Shell Eco-Marathon Asia juga, tapi kita ikut di kelas urban diesel,” kata Christofer ketika ditemui awak media di sela-sela kesibukan di paddock, Rabu.
“Karena dari jurnal dan pengalaman-pengalaman, hasil mesin bensin itu dinilai lebih efisiensi untuk lomba seperti ini,” tambahnya.
Mahasiswa semester delapan jurusan Teknik Mesin USU itu menargetkan mampu melampaui capaian tim yang pada tahun lalu mencatatkan angka 130 kilometer (km) per liter.
“Untuk target tahun ini kami mau dapat hasilnya di 250 km per liter. Kalau tahun lalu kami masih di angka 130 km per liter. Itu melewati langkah tahun lalu,” kata Christofer.
Baca juga: Tim Mekatronik UMM siap bersaing di ajang internasional Mandalika
Pada SEM tahun ini, tim Horas USU menggunakan mesin motor Yamaha Jupiter Z1 untuk dijadikan mesin penggerak mobil urban dengan konsep single seat itu.
Dalam kesempatan yang sama, mahasiswa 23 tahun itu juga berbicara tentang keistimewaan konsep mobil yang dirakit yaitu pada bentuk mobil yang ergonomis, nama tim, dan nama mobil yang diambil dari bahasa suku Batak Sumatera Utara.
“Bentuk dari kendaraan kami ini sudah ergonomis sekali. Jadi bisa memecah hambatan angin sehingga tidak berkurang kecepatannya saat terkena angin,” jelas Christofer.
“Nama tim kami adalah tim Horas, identik sekali dengan Sumatera Utara. Nama mobilnya, Halisungsung yang artinya angin ribut. Selain itu supaya kuat dalam segala kondisi, itulah filosofinya,” imbuhnya.
Pada ajang adu irit itu, jarak dan waktu maksimal yang ditempuh oleh mobil rakitan para mahasiswa telah ditentukan dan panitia pun menyediakan jumlah bahan bakar yang sama untuk setiap tim.
Pemenang pada ajang adu hemat energi ini dinilai berdasarkan konsumsi bahan bakar paling sedikit. Mobil rakitan yang tidak mencapai jarak maksimal atau melebihi waktu maksimal, akan didiskualifikasi.
SEM tahun ini diikuti 13 negara dengan 70 lebih tim peserta dan Indonesia menurunkan lebih dari 40 tim.
Adapun, pada ajang yang sudah dua kali digelar di Indonesia ini, tim Horas USU pernah menjadi yang terbaik yaitu pada 2014 di Manila, Filipina untuk kategori bahan bakar ethanol. Pada tahun itu pula, USU juga menempati peringkat kedua kategori urban concept bahan bakar diesel.
Baca juga: Mobil karya mahasiswa Untirta siap ikuti Shell Eco-Marathon Asia 2023
Baca juga: Shell Eco Marathon di Sirkuit Mandalika 2023 diikuti 13 negara
Pada ajang yang diselenggarakan 4-9 Juli itu, tim Horas memilih menggunakan bahan bakar bensin berdasarkan hasil evaluasi kejuaraan SEM pada tahun lalu di tempat yang sama.
“Tahun lalu kami ikut Shell Eco-Marathon Asia juga, tapi kita ikut di kelas urban diesel,” kata Christofer ketika ditemui awak media di sela-sela kesibukan di paddock, Rabu.
“Karena dari jurnal dan pengalaman-pengalaman, hasil mesin bensin itu dinilai lebih efisiensi untuk lomba seperti ini,” tambahnya.
Mahasiswa semester delapan jurusan Teknik Mesin USU itu menargetkan mampu melampaui capaian tim yang pada tahun lalu mencatatkan angka 130 kilometer (km) per liter.
“Untuk target tahun ini kami mau dapat hasilnya di 250 km per liter. Kalau tahun lalu kami masih di angka 130 km per liter. Itu melewati langkah tahun lalu,” kata Christofer.
Baca juga: Tim Mekatronik UMM siap bersaing di ajang internasional Mandalika
Pada SEM tahun ini, tim Horas USU menggunakan mesin motor Yamaha Jupiter Z1 untuk dijadikan mesin penggerak mobil urban dengan konsep single seat itu.
Dalam kesempatan yang sama, mahasiswa 23 tahun itu juga berbicara tentang keistimewaan konsep mobil yang dirakit yaitu pada bentuk mobil yang ergonomis, nama tim, dan nama mobil yang diambil dari bahasa suku Batak Sumatera Utara.
“Bentuk dari kendaraan kami ini sudah ergonomis sekali. Jadi bisa memecah hambatan angin sehingga tidak berkurang kecepatannya saat terkena angin,” jelas Christofer.
“Nama tim kami adalah tim Horas, identik sekali dengan Sumatera Utara. Nama mobilnya, Halisungsung yang artinya angin ribut. Selain itu supaya kuat dalam segala kondisi, itulah filosofinya,” imbuhnya.
Pada ajang adu irit itu, jarak dan waktu maksimal yang ditempuh oleh mobil rakitan para mahasiswa telah ditentukan dan panitia pun menyediakan jumlah bahan bakar yang sama untuk setiap tim.
Pemenang pada ajang adu hemat energi ini dinilai berdasarkan konsumsi bahan bakar paling sedikit. Mobil rakitan yang tidak mencapai jarak maksimal atau melebihi waktu maksimal, akan didiskualifikasi.
SEM tahun ini diikuti 13 negara dengan 70 lebih tim peserta dan Indonesia menurunkan lebih dari 40 tim.
Adapun, pada ajang yang sudah dua kali digelar di Indonesia ini, tim Horas USU pernah menjadi yang terbaik yaitu pada 2014 di Manila, Filipina untuk kategori bahan bakar ethanol. Pada tahun itu pula, USU juga menempati peringkat kedua kategori urban concept bahan bakar diesel.
Baca juga: Mobil karya mahasiswa Untirta siap ikuti Shell Eco-Marathon Asia 2023
Baca juga: Shell Eco Marathon di Sirkuit Mandalika 2023 diikuti 13 negara
Pewarta: Zaro Ezza Syachniar
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2023
Tags: