Tokyo (ANTARA) - Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) akan menyampaikan hasil tinjauan keamanan terhadap rencana pemerintah Jepang untuk mengalirkan ke laut air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik bertenaga nuklir di Fukushima.

Rencana pemerintah Jepang tersebut ditentang oleh warganya sendiri dan pemerintah China.

Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi memulai lawatannya ke Jepang pada Selasa yang dijadwalkan akan berlangsung selama empat hari.

Ia akan bertemu Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan menyampaikan laporan tinjauan keamanan (pembuangan air PLTN Fukushima) yang telah dilaksanakan selama dua tahun tersebut.

Grossi juga akan mengunjungi pembangkit listrik Fukushima pada Rabu (5/7). Selanjutnya, ia akan berkunjung ke Korea Selatan untuk menjelaskan mengenai hasil tinjauan badan internasional tersebut.

Dia juga dikabarkan akan bertandang ke Selandia Baru dan Kepulauan Cook untuk berusaha mengurangi kekhawatiran kedua negara tersebut terhadap rencana pemerintah Jepang itu.

Pemerintah Jepang belum menentukan kapan dimulainya proses pembuangan air radioaktif yang sebelumnya telah diolah tersebut.

Proses pembuangan ini diprediksi akan memakan waktu selama 30 sampai 40 hari.

Beberapa asosiasi nelayan Jepang telah menentang rencana pemerintah yang disusun sejak 2021 tersebut.

Mereka berpendapat bahwa langkah tersebut akan merusak upaya mereka untuk memperbaiki citra produk makanan asal Jepang yang sempat dilarang untuk diimpor di beberapa negara setelah tsunami menghantam Jepang pada 2011 dan merusak pembangkit listrik yang terletak di daerah pesisir tersebut.

Tsunami yang dipicu oleh gempa bermagnitudo 9,0 tersebut telah merusak sistem pendinginan reaktor nuklir dan menyebabkan kebocoran material radioaktif.

Beberapa negara sekitar, terutama China, juga telah menentang rencana tersebut karena khawatir langkah tersebut akan mengancam kesehatan masyarakat dan keberlangsungan ekosistem laut.

“Kami akan terus memberikan pengertian kepada komunitas internasional mengenai keamanan dari rencana untuk mengalirkan air (radioaktif) yang telah diolah tersebut ke laut secara transparan berdasarkan bukti ilmiah,” kata Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi pada jumpa pers bersama Grossi.

Baca juga: Jepang rampungkan inspeksi sistem pembuangan air PLTN Fukushima

Kedutaan Besar China di Jepang pada Selasa mengatakan bahwa laporan IAEA tidak dapat menjadi ‘surat izin’ bagi proses pembuangan air radioaktif tersebut dan menyerukan agar rencana itu ditunda.

Pemerintah Jepang menekankan bahwa rencana tersebut aman untuk dijalankan karena mereka telah mengolah air yang digunakan untuk mendinginkan tabung berisi bahan bakar untuk pembangkit nuklir tersebut.

Volume air tersebut diperkirakan cukup untuk mengisi 500 kolam renang berukuran standar Olimpiade yang masing-masing dapat menampung setidaknya 2,5 juta liter air.

Air tersebut telah disaring untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif, kecuali tritium, yakni sebuah isotop hidrogen yang sulit untuk dipisahkan dari air.

Air olahan tersebut akan diencerkan sehingga memiliki kandungan tritium yang jauh di bawah ambang batas internasional sebelum dialirkan ke Samudera Pasifik.

Dalam sebuah presentasi di hadapan para jurnalis asing di China pada Juni, pejabat Jepang mengatakan bahwa kandungan tritium dalam air olahan dari pembangkit listrik Fukushima lebih rendah daripada air limbah yang secara rutin dibuang oleh pembangkit listrik nuklir lainnya di seluruh dunia.

Pemerintah China mengatakan pada Selasa bahwa perbandingan kandungan tritium yang disampaikan pejabat Jepang tersebut merupakan ‘konsep yang membingungkan dan opini yang menyesatkan’.

Sementara itu, warga di Korea Selatan dilaporkan telah mulai meningkatkan persediaan garam laut dan produk lain menjelang pelaksanaan rencana pemerintah Jepang tersebut.

Sumber: Reuters

Baca juga: Warga Korsel borong garam sebelum Jepang buang air radioaktif ke laut

Baca juga: Warga Jepang tolak rencana pembuangan limbah nuklir Fukushima ke laut