Jakarta (ANTARA) - AC Ventures (ACV), perusahaan modal ventura di Indonesia bersama Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) merilis laporan yang menyebut adanya tren positif terkait dengan pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.

Laporan yang berjudul Indonesia's Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow's Mobility tersebut diluncurkan di Kantor Pusat AC Ventures di Jakarta, Senin.

Managing Partner AC Ventures Helen Wong mengatakan temuan dalam laporan mengenai pasar kendaraan listrik yang sedang berkembang pesat di Indonesia tersebut menegaskan peluang investasi yang luar biasa.

"Di AC Ventures, kami sangat antusias menjadi bagian terdepan dalam transisi energi hijau ini dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan," ucap dia.

Menurutnya, lonjakan dan tren kendaraan listrik roda dua saat ini mengindikasikan permintaan pasar yang jelas dan potensi keuntungan yang menjanjikan.

"Sebagai perusahaan investasi yang berperan sebagai perintis di sektor ini, kami berkomitmen untuk membina kerja sama strategis yang dapat melebihi target energi terbarukan Indonesia, menciptakan masa depan dengan emisi yang lebih rendah dan keberlanjutan yang lebih baik," ujarnya.

Sementara, Ketua Umum AEML Dannif Danusaputro mengatakan AEML bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, organisasi internasional, pemangku kepentingan utama dalam ekosistem kendaraan listrik serta asosiasi lainnya untuk mempromosikan kampanye positif untuk kendaraan listrik.

"Misi kami untuk mengelektrifikasi mobilitas di Indonesia didasarkan pada panggilan untuk melindungi lingkungan dengan mengurangi polusi bagi generasi masa depan. AEML berkomitmen untuk mendukung adopsi kendaraan listrik dan mendorong terciptanya ekosistem kendaraan listrik yang kompetitif secara global," ujar Dannif yang juga CEO Pertamina New and Renewable Energy (NRE) tersebut.

Adapun, laporan tersebut mengungkap perkembangan pesat pasar kendaraan listrik di Indonesia dengan potensi pasar yang mencapai lebih dari 20 miliar dolar AS, meskipun adopsi kendaraan listrik hingga saat ini masih terbatas.

Studi tersebut mengeksplorasi dan menganalisis berbagai topik kunci, termasuk para pemain utama industri, pengembangan infrastruktur, produksi lokal, penjualan, sentimen publik, dinamika industri dan rantai pasokan serta kebijakan dan regulasi yang terkait.

Selain itu, laporan ini juga menyoroti langkah-langkah yang dapat diambil oleh pemangku kepentingan publik dan swasta untuk membangun ekonomi kendaraan listrik yang lebih kondusif di pasar terbesar di ASEAN.

Lebih lanjut, laporan itu menunjukkan adanya kombinasi faktor penting yang membuka jalan bagi pertumbuhan yang pesat dalam pasar kendaraan listrik di Indonesia. Faktor-faktor tersebut di antaranya meliputi peningkatan permintaan dari konsumen, kebijakan pemerintah yang mendukung, dan perkembangan teknologi baru yang meningkatkan performa dan mengurangi biaya secara keseluruhan.

Kemudian, sebagaimana laporan itu, kendaraan listrik di Indonesia menawarkan efisiensi 75 persen lebih tinggi dan biaya operasional yang jauh lebih rendah bagi bisnis. Hal itu memberikan potensi yang luar biasa bagi pasar mobilitas listrik di negara ini untuk tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 58,5 persen hingga 2030.

Selain itu, kendaraan listrik juga memiliki kemampuan untuk secara signifikan mengurangi impor energi di Indonesia, yang saat ini mencapai total 35 miliar dolar AS setiap tahun.

Saat ini, motor listrik hanya menyumbang 0,2 persen dari pasar sepeda motor di Indonesia. Namun, laporan tersebut mengindikasikan adanya peluang untuk meningkatkannya menjadi lebih dari 10 persen dalam lima tahun mendatang, dengan asumsi bahwa pemangku kepentingan publik dan swasta bekerja sama secara efektif untuk mendorong perkembangan sektor kendaraan listrik lokal yang kondusif.

Baca juga: Pertamina kembangkan paket baterai untuk sepeda motor listrik
Baca juga: Kementerian ESDM pacu peningkatan jumlah SPKLU dan SPBKLU
Baca juga: AEML diluncurkan dukung percepatan transisi energi