Jakarta (ANTARA News) - Mari Elka Pangestu, salah satu kandidat Dirjen World Trade Organization (WTO) perwakilan Indonesia, mengunjungi Kairo, Mesir, pada 1 Maret 2013 untuk menyampaikan pencalonannya sekaligus membahas tentang masa depan sistem perdagangan multilateral di bawah organisasi perdagangan tingkat dunia tersebut.

Mari Pangestu yang juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan, ia berkunjung ke Kairo, Mesir, untuk bertemu dengan asisten Menteri Luar Negeri bidang ekonomi dan kerjasama internasional Magdy Ragdy dan First Undersecretary merangkap Kepala Pelayanan Komersial Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Luar Negeri Anwar Ghany ElSahragty.

"Selain hubungan bilateral antarkedua negara, pertemuan juga membahas mengenai pentingnya peran perdagangan bagi pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan, serta masa depan dari sistem perdagangan multilateral di bawah WTO," katanya.

Pembicaraan antarkedua pejabat tinggi berlangsung dalam suasana yang positif, terlebih karena Indonesia dan Mesir memiliki sejarah persahabatan yang panjang.

Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1946.

Disampaikan pula pandangan kedua negara mengenai berbagai forum internasional seperti Organization of Islamic Development (OIC) dan gerakan non-Blok, untuk memastikan kepentingan strategis negara-negara berkembang terwakilkan.

"Indonesia dan Mesir menilai pentingnya peran dari WTO," katanya.

Aturan-aturan yang disusun WTO, dinilai kedua negara, telah membawa manfaat bagi banyak negara termasuk negara berkembang seperti Indonesia dan Mesir, khususnya dalam mengedepankan sistem perdagangan yang adil dan transparan.

Selain berkomitmen untuk memperkuat sistem perdagangan multilateral, Indonesia dan Mesir juga menekankan bahwa pembangunan adalah bagian yang tak terpisahkan dari negosiasi perdagangan.

Peningkatan kapasitas dan bantuan perdagangan yang efektif untuk negara-negara berkembang harus dilaksanakan sebagai bagian dari komitmen perjanjian perdagangan.

Indonesia yang akan menjadi tuan rumah pada konferensi WTO tingkat menteri di Bali pada Desember 2013, kata Mari, akan memprioritaskan pada penguatan institusi dan kemajuan proses negosiasi sebagai indikator kesuksesan.

Ia mengatakan, pada pembahasan sebelumnya disepakati bahwa indikator sukses diukur melalui tiga cara yakni mencapai keseimbangan antara pengurangan tarif tahap awal (early harvest) dan penyelesaian negosiasi Doha setelah konferensi di Bali yang memiliki arti penting bagi negara berkembang.

"Kedua, keseimbangan antara pengurangan tarif tahap awal dan paket fasilitasi perdagangan dan ketiga, peningkatan kapasitas yang efektif untuk memastikan agar negara kurang berkembang dan negara berkembang juga dapat memenuhi komitmen," katanya.

Menurut dia, efektivitas juga dapat diukur melalui kebutuhan adanya investasi, baik yang berkaitan dengan regulasi dan birokrasi maupun infrastruktur dalam arti fisik.

Indonesia dan Mesir sama-sama tergabung dalam organisasi G-20 yang mengedepankan kebijakan yang adil untuk perdagangan di sektor pertanian dengan melarang adanya kebijakan dalam negeri yang merugikan.

Tindak Lanjut

Kunjungan Mari Pangestu adalah menindaklanjuti kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Mesir saat menghadiri OIC pada 6-7 Februari 2012.

Mari Pangestu yang menjabat sebagai Menteri Perdagangan RI dari Oktober 2004 sampai Oktober 2011 merasa yakin bahwa sistem perdagangan multilateral adalah solusi untuk banyak masalah di seluruh dunia.

"Sejak pembentukannya, WTO telah membantu menghasilkan lebih banyak perdagangan, pertumbuhan ekonomi, pekerjaan, dan kesempatan di berbagai sektor," katanya.

Menurut dia, hal yang terpenting adalah WTO telah berhasil mengangkat banyak negara dan penduduknya keluar dari kemiskinan.

"Jadi kita harus memastikan bahwa sektor perdagangan dan agenda pembangunan menjadi prioritas," kata Mari Pangestu.

Dari 9 kandidat Direktur Jendral WTO 2013-2017, Mari Pangestu adalah salah satu dari empat kandidat yang masih aktif menjabat menjadi menteri.

Lima kandidat lainnya memiliki latar belakang profesi dan pengalaman yang beragam.

Bila terpilih, Mari Pangestu akan menjadi wanita pertama yang menduduki posisi Dirjen WTO menggantikan pejabat saat ini yang masa jabatannya akan berakhir pada 31 Agustus 2013.

Dengan latar belakang pengalaman dan keahliannya, Mari Pangestu memiliki pemahaman terhadap pentingnya prinsip inclusion dan akan memastikan bahwa sistem perdagangan bebas akan memberikan peluang dan manfaat bagi setiap individu, manfaat bagi negara maju dan berkembang, dan manfaat bagi perusahaan besar dan UKM.

Dalam beberapa pekan terakhir, Mari Pangestu telah melakukan serangkai kegiatan yang berkaitan dengan pencalonannya sebagai Dirjen WTO.

Selain menyampaikan visi dan misinya pada kesempatan pertemuan General Council di Jenewa beberapa waktu lalu, Mari Pangestu juga telah bertemu dengan perwakilan WTO dari sejumlah negara dan mengunjungi beberapa kota seperti Washington DC, Beijing, Brussels, Paris, Berlin, Moskow, Uni Arab Emirat, Abidjan, dan Abuja.

(H016)