Tel Aviv (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, Senin, mengatakan Iran memainkan waktu dalam pembicaraan kegiatan nuklir Teheran dengan kelompok P5+1.
"Kesan saya dari perundingan itu adalah Iran mengulur-ulur waktu pembicaraan. Teheran berkehendak mendapatkan waktu lebih banyak untuk melanjutkan pengayaan uranium demi tujuan pembuatan bom pemusnah," kata Benjamin Netanyahu di laman Ynetnews.
Media Iran melaporkan bahwa negara Islam itu membangun tiga ribu sentrifugal untuk keperluan pengayaan uranium. Kabar tersebut memicu kekhawatiran Barat atas program nuklir Iran.
Pembicaraan program nuklir Iran dengan negara P5+1 telah berakhir di Almaty, Kazakhstan, pada Rabu, tanpa kesepakatan berarti. Namun kedua belah pihak berjanji akan meneruskan pembicaraan pada beberapa pekan ke depan.
Enam negara yang terdiri dari Inggris Raya, China, Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat telah mengajukan penaikan sanksi untuk Iran.
Negara 5+1 itu menuntut Iran menutup fasilitas nuklir Fordo-nya dan membatasi level pengayaan uranium maksimal 20 persen saja.
Level pengayaan uranium lebih dari 20 persen merupakan batasan terendah untuk menjadi senjata nuklir mentah meski para ilmuwan mengatakan untuk menjadi senjata sempurna perlu pengayaan mencapai 90 persen.
Barat mengatakan Iran berusaha membuat senjata atom meski Teheran menegaskan fasilitas nuklirnya digunakan untuk tujuan damai.
Iran mengecam tekanan internasional yang dia disamakan sebagai campur tangan urusan dalam negeri sebuah negara berdaulat.
Berbagai upaya telah dilakukan agar Iran mengizinkan para pakar dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dapat masuk ke lokasi pengembangan energi nuklir Iran. Sebagian besar negara-negara di dunia menduga Iran mengembangkan teknologi nuklir untuk persenjataan.
Iran sampai kini masih terkena sanksi embargo negara-negara sekutu. Ada pelarangan dari pihak sekutu membeli minyak Iran. Padahal, 80 persen pemasukan negara Iran berasal dari minyak.
(A061)
Israel tuding Iran ulur waktu terkait nuklir
4 Maret 2013 17:48 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (REUTERS/Baz Ratner)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Tags: