BPBD: Enam desa di Probolinggo menghadapi krisis air bersih
1 Juli 2023 12:46 WIB
Arsip Foto - Wakil Bupati Probolinggo Timbul Prihanjoko meninjau penyaluran bantuan air bersih di Desa Sumberkare, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, Selasa (27/6/2023). (ANTARA/HO-BPBD Probolinggo)
Probolinggo (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyampaikan bahwa enam desa yang tersebar di dua wilayah kecamatan di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, menghadapi krisis air bersih.
Menurut petugas Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Probolinggo Silvia Verdiana di Probolinggo, Sabtu, krisis air bersih terjadi di Desa Gunung Bekel, Tegalsono, Malasan Wetan, Bulujaran Kidul, dan Bulujaran Lor di Kecamatan Tegalsiwalan serta Desa Sumberkare di Kecamatan Wonomerto.
Ia mengatakan bahwa krisis air bersih berdampak pada 1.156 keluarga atau 3.765 jiwa di desa-desa tersebut.
Menurut dia, bantuan air bersih sudah disalurkan ke desa-desa yang menghadapi krisis air bersih berdasarkan permohonan dari pemerintah desa dan kecamatan.
"Sebanyak 13 tandon dan 37 jerigen serta kurang lebih 53.000 liter air bersih telah terdistribusi bagi masyarakat terdampak kekeringan," katanya merujuk pada bantuan air yang telah disalurkan ke desa-desa yang kekurangan air bersih hingga akhir Juni 2023.
Ia menyampaikan bahwa distribusi bantuan air bersih ke desa-desa yang kekurangan air bersih akibat kekeringan pada musim kemarau dilakukan berdasarkan surat pemohonan dari pemerintah desa dan hasil asesmen Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana.
Menurut hasil pemetaan risiko bencana, kekeringan berpeluang terjadi 34 desa di 13 wilayah kecamatan di Kabupaten Probolinggo.
Desa-desa yang rawan mengalami kekeringan tersebar di Kecamatan Bantaran, Gading, Krucil, Kuripan, Lumbang, Sukapura, Sumberasih, Tegalsiwalan, Tongas, dan Wonomerto.
Silvia menyampaikan bahwa krisis air bersih yang belakangan terjadi di sejumlah desa di Kabupaten Probolinggo disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk berkurangnya curah hujan dan sumber air.
Dia mengimbau warga menjalankan langkah-langkah mitigasi kekeringan selama musim kemarau.
"Kami imbau masyarakat agar menerapkan upaya mitigasi bencana kekeringan seperti memanfaatkan sumber daya air secara lebih efektif dan efisien," katanya.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kabupaten Probolinggo memasuki musim kemarau sejak minggu keempat Mei 2023 dan diprakirakan menghadapi puncak kemarau pada Agustus 2023.
Baca juga:
BPBD Probolinggo distribusikan air bersih ke desa terdampak kekeringan BPBD: Warga NTT mesti menghemat air bersih sejak awal kemarau
Menurut petugas Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana BPBD Probolinggo Silvia Verdiana di Probolinggo, Sabtu, krisis air bersih terjadi di Desa Gunung Bekel, Tegalsono, Malasan Wetan, Bulujaran Kidul, dan Bulujaran Lor di Kecamatan Tegalsiwalan serta Desa Sumberkare di Kecamatan Wonomerto.
Ia mengatakan bahwa krisis air bersih berdampak pada 1.156 keluarga atau 3.765 jiwa di desa-desa tersebut.
Menurut dia, bantuan air bersih sudah disalurkan ke desa-desa yang menghadapi krisis air bersih berdasarkan permohonan dari pemerintah desa dan kecamatan.
"Sebanyak 13 tandon dan 37 jerigen serta kurang lebih 53.000 liter air bersih telah terdistribusi bagi masyarakat terdampak kekeringan," katanya merujuk pada bantuan air yang telah disalurkan ke desa-desa yang kekurangan air bersih hingga akhir Juni 2023.
Ia menyampaikan bahwa distribusi bantuan air bersih ke desa-desa yang kekurangan air bersih akibat kekeringan pada musim kemarau dilakukan berdasarkan surat pemohonan dari pemerintah desa dan hasil asesmen Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana.
Menurut hasil pemetaan risiko bencana, kekeringan berpeluang terjadi 34 desa di 13 wilayah kecamatan di Kabupaten Probolinggo.
Desa-desa yang rawan mengalami kekeringan tersebar di Kecamatan Bantaran, Gading, Krucil, Kuripan, Lumbang, Sukapura, Sumberasih, Tegalsiwalan, Tongas, dan Wonomerto.
Silvia menyampaikan bahwa krisis air bersih yang belakangan terjadi di sejumlah desa di Kabupaten Probolinggo disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk berkurangnya curah hujan dan sumber air.
Dia mengimbau warga menjalankan langkah-langkah mitigasi kekeringan selama musim kemarau.
"Kami imbau masyarakat agar menerapkan upaya mitigasi bencana kekeringan seperti memanfaatkan sumber daya air secara lebih efektif dan efisien," katanya.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kabupaten Probolinggo memasuki musim kemarau sejak minggu keempat Mei 2023 dan diprakirakan menghadapi puncak kemarau pada Agustus 2023.
Baca juga:
BPBD Probolinggo distribusikan air bersih ke desa terdampak kekeringan BPBD: Warga NTT mesti menghemat air bersih sejak awal kemarau
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2023
Tags: