Mamuju (ANTARA) - Kaum Muslimin di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) diminta untuk menjaga kebersamaan dan persatuan dalam membangun ekonomi daerah.

"Hari Raya Idul Adha 1444 hijriah mari dijadikan momentum untuk mencegah kerawanan sosial dan mendukung setiap upaya pemerintah dalam membangun ekonomi daerah," kata Khatib Idul Fitri Ahmad Barambangi pada Shalat Idul Adha yang dihadiri ribuan Muslimin di anjungan pantai Manakarra Kota Mamuju, Kamis.

Ia mengatakan, kaum Muslimin di Mamuju diminta untuk terus membangun kebersamaan dan persatuan sebagai makna hari raya kurban yang mempersatukan seluruh umat Islam di dunia.

"Jaga persatuan daerah dengan dilandasi iman, sesuai makna hari raya kurban yakni untuk membangun kebersamaan dan persatuan kaum Muslimin sebagai sabda Rasulullah agar setiap insan memelihara persatuan dan kebersamaan," katanya.

Baca juga: Shalat Id Adha di DPP Golkar tanpa Airlangga Hartarto

Baca juga: 1.384 WNI laksanakan shalat Idul Adha bersama KBRI Bangkok


Ia meminta, agar kaum Muslimin mengorbankan hartanya untuk membantu fakir miskin dan umat Islam lainnya agar diberikan ridho dan rahmat serta nikmat dari Allah SWT.

"Hilangkan sifat kikir dan dengki, namun menjadi dermawan, dan juga pemaaf
menjalankan ibadah dan memperbaiki akidah serta melaksanakan ibadah sosial membantu sesama untuk membangun peradaban Islam," katanya.

Ia meminta agar umat Islam membantu pembangunan daerah dengan menghilangkan sifat hasut, rasa tidak peduli, dan berbuat kesombongan serta memandang rendah orang lain.

"Jangan paling merasa lebih alim, lebih kaya, lebih pintar dan lebih pantas mendapatkan kekuasaan, karena itu adalah ujian sebagai manusia namun utamakan persatuan agar kita semua tidak hidup seperti zaman jahiliah," katanya.

Ia mengatakan, umat Islam yang berasal dari berbagai suku dan bangsa di dunia, telah melaksanakan ibadah wukuf di Arafah, dan di sana sudah tampak tidak ada kekuasaan dan perbedaan. Seluruh Muslim meninggalkan jabatannya dan hanya membawa selembar pakaian yang tidak dijahit.

"Tidak diperkenankan memakai adat atau pakaian indah dan mahal, semua sama dan itu menunjukkan persamaan seluruh umat manusia seperti di padang mashar kelak, sehingga segala bentuk kesombongan harus dihilangkan," katanya.*

Baca juga: Di balik Idul Adha tanpa kurban di Masjid Niujie

Baca juga: Penyintas gempa Cianjur shalat Idul Adha di masjid