Tokyo (ANTARA) - Dolar AS melayang di dekat level tertinggi lebih dari tujuh bulan terhadap yen Jepang di sesi Asia pada Kamis sore, setelah kepala bank sentral masing-masing menegaskan kembali perbedaan mencolok dalam jalur kebijakan mereka di konferensi Bank Sentral Eropa (ECB) semalam.
Yuan China melemah menuju palung tujuh bulan meskipun Bank Sentral China (PBoC) menetapkan tingkat suku bunga resmi yang jauh lebih kuat dari perkiraan, dalam sinyal terbaru dari ketidaknyamanannya terhadap laju penurunan baru-baru ini.
Ketua Federal Reserve Jerome Powell - berbicara di panel bersama Presiden ECB Christine Lagarde, Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Kazuo Ueda dan Gubernur Bank Sentral Inggris Andrew Bailey - mencatat bahwa dua kenaikan suku bunga kemungkinan terjadi tahun ini, dan tidak menutup kemungkinan pendakian pada Juli.
Sebaliknya, Ueda menegaskan kembali bahwa "masih ada jarak yang harus ditempuh" dalam mencapai inflasi 2,0 persen secara berkelanjutan disertai dengan pertumbuhan upah yang memadai, kondisi yang telah ditetapkan BoJ untuk mempertimbangkan jalan keluar dari stimulus yang sangat longgar.
Lonjakan dolar sebanyak 11,55 persen sejak akhir Maret mencapai 144,62 yen pada Rabu (28/6/2023) untuk pertama kalinya sejak 10 November telah mendorong peningkatan peringatan lisan dari pejabat pemerintah Jepang minggu ini bahwa langkah tersebut mungkin terlalu cepat.
Kementerian Keuangan dan BoJ melakukan intervensi di pasar mata uang musim gugur lalu ketika dolar menguat melampaui 145 yen.
Mata uang AS datar di 144,52 di akhir hari Asia, tetapi sebelumnya menguat hingga 144,60.
Untuk intervensi, "ambang batas mungkin lebih tinggi kali ini karena kritik publik terhadap kelemahan yen saat ini berkurang," karena latar belakang pasar saham yang meningkat, tekanan harga energi yang lebih rendah, dan kembalinya turis asing, kata Shinichi Kadota, ahli strategi valas senior Barclays di Tokyo, dikutip dari Reuters.
"Saya tidak akan mengesampingkan apa pun, karena mereka selalu berusaha memberi kejutan" ketika mereka mengintervensi, tambahnya. "Tetapi untuk memiliki efek yang berkelanjutan, penggerak yang mendasari - yaitu kebijakan moneter - juga harus berubah ... dan divergensi kebijakan moneter tidak mungkin berubah dalam waktu dekat."
Indeks dolar AS - yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, termasuk yen, euro, dan sterling - naik 0,22 persen menjadi 103,20, memperpanjang kenaikan semalam 0,46 persen.
Euro turun 0,25 persen menjadi 1,08845 dolar, menyusul penurunan 0,45 persen pada Rabu (28/6/2023). Sterling turun tipis 0,13 persen menjadi 1,2620 dolar, memperpanjang penurunan 0,88 persen sesi sebelumnya.
Dolar bertambah 0,3 persen menjadi 7,2619 yuan di pasar luar negeri, mendekati level terendah 7,5 bulan hari sebelumnya di 7,2694.
PBoC menetapkan kurs titik tengah di 7,2208, dalam apa yang disebut analis di Citi sebagai "tanda paling kuat dari ketidaknyamanan resmi pada laju depresiasi yuan," meskipun menambahkan mereka "meragukan ini akan mencegah lebih banyak kenaikan, karena telah terbukti tidak efektif dari waktu ke waktu di masa lalu."
Di tempat lain, dolar Australia sebagian besar mengabaikan data penjualan ritel yang lebih kuat dari yang diharapkan untuk Mei pada hari sebelumnya untuk diperdagangkan terakhir 0,2 persen lebih tinggi pada 0,66135 dolar AS, mendapatkan kembali kenaikan setelah jatuh 1,27 persen pada Rabu (28/6/2023).
Bank Sentral Australia memutuskan kebijakan minggu depan, dan penurunan tajam dalam inflasi utama dalam laporan yang dirilis pada Rabu (28/6/2023) membuat para pedagang mengurangi kemungkinan kenaikan suku bunga lainnya menjadi hanya satu dari tiga saat ini.
Baca juga: Yuan China terpangkas 107 basis poin menjadi 7,2208 terhadap dolar AS
Baca juga: Dolar dekati tertinggi 7,5 bulan vs yen karena divergensi kebijakan
Baca juga: Dolar naik, Powell tak kesampingkan kenaikan suku bunga berturut-turut
Dolar dekati tertinggi 7-bulan versus yen karena perbedaan kebijakan
29 Juni 2023 15:10 WIB
Uang kertas dolar AS dan yen Jepang. ANTARA/Shutterstock/pri.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: