IMF: Kebijakan RI bantu hadapi tantangan global pada 2022
28 Juni 2023 17:37 WIB
Ilustrasi - Logo Dana Moneter Internasional (IMF) tampak di luar gedung kantor pusat di Washington AS. ANTARA/REUTERS/Yuri Gripas/aa.
Jakarta (ANTARA) - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) menilai kebijakan Indonesia yang berwawasan ke depan dan terkoordinasi dengan baik telah membantu dalam menghadapi lingkungan global yang sangat menantang di tahun 2022.
Hal tersebut diiringi dengan pertumbuhan yang sehat, penurunan inflasi, dan sistem keuangan yang stabil dan menguntungkan.
Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu, para Direksi Eksekutif IMF menyebutkan dengan berjalannya pemulihan, kebijakan di Indonesia diarahkan untuk memulihkan kerangka kebijakan ekonomi makro pra pandemi dan mempercepat reformasi struktural.
Reformasi struktural dilakukan untuk memperkuat stabilitas ekonomi makro dan membangun ruang kebijakan terhadap guncangan di masa mendatang.
Ke depan, IMF berpendapat Indonesia berada di posisi yang tepat untuk melanjutkan pertumbuhan yang kuat dan inklusif, yang didukung oleh reformasi berbasis luas untuk mendorong lingkungan bisnis yang mendukung, mendiversifikasi ekonomi, dan memitigasi perubahan iklim.
Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang kuat pada tahun 2022, yakni tumbuh sebesar 5,3 persen, yang didorong oleh pemulihan permintaan domestik dan kinerja ekspor yang solid, serta di tengah harga komoditas internasional yang tinggi.
Kendati demikian, pertumbuhan diproyeksikan sedikit melambat menjadi 5 persen pada tahun 2023, mengingat pengaturan kebijakan yang lebih ketat dan normalisasi harga komoditas.
Inflasi yang tahun lalu mencapai puncak 6 persen diperkirakan akan kembali ke kisaran target Bank Indonesia sebesar 2-4 persen pada paruh kedua tahun 2023.
Dewan Direksi IMF mencatat bahwa kebijakan moneter telah diperketat dengan tepat untuk menjaga stabilitas harga. Namun, mereka menekankan perlunya kebijakan moneter untuk bertindak tegas jika inflasi mengejutkan.
Sementara itu, neraca transaksi berjalan Indonesia mencapai 1 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2022, didukung oleh harga komoditas yang tinggi dan diproyeksikan berubah menjadi defisit kecil pada tahun 2023.
Risiko secara umum seimbang dalam waktu dekat, tetapi lingkungan ekonomi global yang sangat tidak pasti terus mengaburkan proyeksi.
Baca juga: IMF: Ekonomi Indonesia jauh di atas rata-rata pertumbuhan dunia
Baca juga: Menko Airlangga: Indonesia tetap akan perjuangkan hak ekspor nikel
Baca juga: Kemenkeu: Kenaikan proyeksi IMF tunjukkan RI masih jadi titik terang
Hal tersebut diiringi dengan pertumbuhan yang sehat, penurunan inflasi, dan sistem keuangan yang stabil dan menguntungkan.
Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu, para Direksi Eksekutif IMF menyebutkan dengan berjalannya pemulihan, kebijakan di Indonesia diarahkan untuk memulihkan kerangka kebijakan ekonomi makro pra pandemi dan mempercepat reformasi struktural.
Reformasi struktural dilakukan untuk memperkuat stabilitas ekonomi makro dan membangun ruang kebijakan terhadap guncangan di masa mendatang.
Ke depan, IMF berpendapat Indonesia berada di posisi yang tepat untuk melanjutkan pertumbuhan yang kuat dan inklusif, yang didukung oleh reformasi berbasis luas untuk mendorong lingkungan bisnis yang mendukung, mendiversifikasi ekonomi, dan memitigasi perubahan iklim.
Perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang kuat pada tahun 2022, yakni tumbuh sebesar 5,3 persen, yang didorong oleh pemulihan permintaan domestik dan kinerja ekspor yang solid, serta di tengah harga komoditas internasional yang tinggi.
Kendati demikian, pertumbuhan diproyeksikan sedikit melambat menjadi 5 persen pada tahun 2023, mengingat pengaturan kebijakan yang lebih ketat dan normalisasi harga komoditas.
Inflasi yang tahun lalu mencapai puncak 6 persen diperkirakan akan kembali ke kisaran target Bank Indonesia sebesar 2-4 persen pada paruh kedua tahun 2023.
Dewan Direksi IMF mencatat bahwa kebijakan moneter telah diperketat dengan tepat untuk menjaga stabilitas harga. Namun, mereka menekankan perlunya kebijakan moneter untuk bertindak tegas jika inflasi mengejutkan.
Sementara itu, neraca transaksi berjalan Indonesia mencapai 1 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2022, didukung oleh harga komoditas yang tinggi dan diproyeksikan berubah menjadi defisit kecil pada tahun 2023.
Risiko secara umum seimbang dalam waktu dekat, tetapi lingkungan ekonomi global yang sangat tidak pasti terus mengaburkan proyeksi.
Baca juga: IMF: Ekonomi Indonesia jauh di atas rata-rata pertumbuhan dunia
Baca juga: Menko Airlangga: Indonesia tetap akan perjuangkan hak ekspor nikel
Baca juga: Kemenkeu: Kenaikan proyeksi IMF tunjukkan RI masih jadi titik terang
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023
Tags: