Laporan dari Kuala Lumpur
Bank Negara Malaysia akan intervensi pasar valuta asing
27 Juni 2023 20:57 WIB
Penyedia jasa penukaran uang Darwis memperlihatkan beberapa lembar uang Ringgit Malaysia di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Kamis (28/4/2022). (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/nz)
Kuala Lumpur (ANTARA) - Bank Negara Malaysia (BNM) akan melakukan intervensi pada pasar valuta asing untuk membendung pergerakan mata uang yang dianggap berlebihan.
Asisten Gubernur Bank Negara Malaysia Adnan Zaylani dalam keterangannya di Kuala Lumpur, Selasa, mengatakan sementara ringgit terus dipengaruhi perkembangan global, ekspektasi pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,0 hingga 5,0 persen serta upaya reformasi struktural dan konsolidasi fiskal oleh pemerintah masih menjadi faktor pendukung untuk ringgit.
Adnan, yang juga merupakan Ketua Komite Pasar Keuangan (FMC), mengatakan bahwa BNM sesuai mandatnya akan melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk membendung pergerakan mata uang yang dianggap berlebihan.
Sementara nilai ringgit akan tetap ditentukan oleh pasar, BNM berharap langkah-langkah ke depan yang akan diambil pemerintah Malaysia untuk lebih menguatkan ekonomi akan membantu memastikan mata uang negara tersebut mencerminkan fundamental negara yang lebih baik.
Sementara itu, Presiden Asosiasi Pasar Keuangan Malaysia (FMAM) Chu Kok Wei mencatat pasar keuangan di Malaysia terus beroperasi dengan tertib dan tetap kondusif untuk mendukung kebutuhan klien mereka.
Mereka menyambut panduan BNM terhadap ringgit dan perkembangan pasar terkini. “Kami akan tetap mendukung upaya tersebut di pasar domestik,” ujar dia.
FMC mengadakan pertemuan mendiskusikan perkembangan kondisi pasar keuangan baru-baru ini yang mempengaruhi nilai tukar ringgit Malaysia.
Kondisi eksternal terus menjadi pendorong utama kinerja ringgit, terutama ekspektasi pasar yang terus berkembang akan suku bunga terminal yang lebih tinggi di sebagian besar negara ekonomi utama, yang pada gilirannya, meningkatkan risiko perlambatan ekonomi global.
Pada saat yang sama Bank Rakyat China (PBOC) telah menurunkan suku bunga di tengah tanda-tanda bahwa pemulihan ekonomi China pascapandemi COVID-19 kehilangan momentumnya.
Ringgit bersama dengan mata uang regional lainnya telah terbebani oleh kondisi tersebut.
Terkait penguatan dolar AS, menurut FMC, tingkat depresiasi ringgit baru-baru ini tidak mencerminkan fundamental ekonomi Malaysia, melainkan dipengaruhi sejumlah faktor.
Baca juga: Penguatan LCS, transfer dalam rupiah, ringgit dan yen lebih fleksibel
Baca juga: BI-Bank Negara Malaysia perkuat penggunaan rupiah-ringgit
Asisten Gubernur Bank Negara Malaysia Adnan Zaylani dalam keterangannya di Kuala Lumpur, Selasa, mengatakan sementara ringgit terus dipengaruhi perkembangan global, ekspektasi pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,0 hingga 5,0 persen serta upaya reformasi struktural dan konsolidasi fiskal oleh pemerintah masih menjadi faktor pendukung untuk ringgit.
Adnan, yang juga merupakan Ketua Komite Pasar Keuangan (FMC), mengatakan bahwa BNM sesuai mandatnya akan melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk membendung pergerakan mata uang yang dianggap berlebihan.
Sementara nilai ringgit akan tetap ditentukan oleh pasar, BNM berharap langkah-langkah ke depan yang akan diambil pemerintah Malaysia untuk lebih menguatkan ekonomi akan membantu memastikan mata uang negara tersebut mencerminkan fundamental negara yang lebih baik.
Sementara itu, Presiden Asosiasi Pasar Keuangan Malaysia (FMAM) Chu Kok Wei mencatat pasar keuangan di Malaysia terus beroperasi dengan tertib dan tetap kondusif untuk mendukung kebutuhan klien mereka.
Mereka menyambut panduan BNM terhadap ringgit dan perkembangan pasar terkini. “Kami akan tetap mendukung upaya tersebut di pasar domestik,” ujar dia.
FMC mengadakan pertemuan mendiskusikan perkembangan kondisi pasar keuangan baru-baru ini yang mempengaruhi nilai tukar ringgit Malaysia.
Kondisi eksternal terus menjadi pendorong utama kinerja ringgit, terutama ekspektasi pasar yang terus berkembang akan suku bunga terminal yang lebih tinggi di sebagian besar negara ekonomi utama, yang pada gilirannya, meningkatkan risiko perlambatan ekonomi global.
Pada saat yang sama Bank Rakyat China (PBOC) telah menurunkan suku bunga di tengah tanda-tanda bahwa pemulihan ekonomi China pascapandemi COVID-19 kehilangan momentumnya.
Ringgit bersama dengan mata uang regional lainnya telah terbebani oleh kondisi tersebut.
Terkait penguatan dolar AS, menurut FMC, tingkat depresiasi ringgit baru-baru ini tidak mencerminkan fundamental ekonomi Malaysia, melainkan dipengaruhi sejumlah faktor.
Baca juga: Penguatan LCS, transfer dalam rupiah, ringgit dan yen lebih fleksibel
Baca juga: BI-Bank Negara Malaysia perkuat penggunaan rupiah-ringgit
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023
Tags: