Kursus itu didukung Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Kantor Penghapusan dan Pengurangan Senjata.
Allen Tan, pemimpin pelaksana dari Golden West Humanitarian Foundation, penyelenggara pelatihan, mengatakan, kursus yang dipimpin seorang mantan penyelam sisa bahan peledak Angkatan Laut AS itu dihadiri 35 penjinak ranjau dari Pusat Ranjau Kamboja (CMAC).
Tetapi hanya 10 orang yang lulus dengan peringkat penuh Penyelam Kelas II.
"Ini adalah pertama kalinya penjinak ranjau CMAC menerima penghargaan itu," katanya pada upacara penutupan kursus, dan menambahkan bahwa tiga calon tambahan menerima sertifikat menyelesaikan kursus.
"Kelulusan ini menandai awal dari kapasitas baru yang besar bagi Kamboja. Selama satu-dua tahun ke depan, orang-orang akan lebih ditantang pelatihan lanjutan dari unit US Army Dive Salvage," katanya.
Setelah pelatihan, para penyelam yang lulus akan mencari amunisi yang tumpah di bawah air selama kurun waktu 1960-an dan 70-an, kata Heng Ratana, direktur umum CMAC.
"Dengan dukungan Amerika Serikat, sekarang penjinak ranjau kami memiliki kemampuan mencari senjata peledak yang tak meledak di bawah air," katanya.
Kamboja adalah salah satu negara yang menderita ranjau darat dan UXOs sebagai tinggalan dari hampir tiga dekade perang dan konflik internal pada pertengahan 1960-an sampai akhir 1998.
Diperkirakan empat sampai enam juta ranjau darat dan amunisi lain tersisa dari konflik itu.
Pada tahun lalu, negara telah menghapus dan menghancurkan sekitar tiga juta ranjau darat dan UXO, dan akan terus menyingkirkan ranjau darat dan UXO dalam 10 tahun ke depan, kata Heng Ratana.
Dengan demikian, negara membutuhkan biaya sekitar 30 juta dolar Amerika Serikat setahun. Dari 1979 sampai 2012, total 64.202 korban ranjau darat dan UXO dicatat.
Dari jumlah itu 19.662 orang tewas, 35.640 terluka dan 8.900 diamputasi, menurut laporan resmi terbaru.
(H-AK/B002)
"Ini adalah pertama kalinya penjinak ranjau CMAC menerima penghargaan itu," katanya pada upacara penutupan kursus, dan menambahkan bahwa tiga calon tambahan menerima sertifikat menyelesaikan kursus.
"Kelulusan ini menandai awal dari kapasitas baru yang besar bagi Kamboja. Selama satu-dua tahun ke depan, orang-orang akan lebih ditantang pelatihan lanjutan dari unit US Army Dive Salvage," katanya.
Setelah pelatihan, para penyelam yang lulus akan mencari amunisi yang tumpah di bawah air selama kurun waktu 1960-an dan 70-an, kata Heng Ratana, direktur umum CMAC.
"Dengan dukungan Amerika Serikat, sekarang penjinak ranjau kami memiliki kemampuan mencari senjata peledak yang tak meledak di bawah air," katanya.
Kamboja adalah salah satu negara yang menderita ranjau darat dan UXOs sebagai tinggalan dari hampir tiga dekade perang dan konflik internal pada pertengahan 1960-an sampai akhir 1998.
Diperkirakan empat sampai enam juta ranjau darat dan amunisi lain tersisa dari konflik itu.
Pada tahun lalu, negara telah menghapus dan menghancurkan sekitar tiga juta ranjau darat dan UXO, dan akan terus menyingkirkan ranjau darat dan UXO dalam 10 tahun ke depan, kata Heng Ratana.
Dengan demikian, negara membutuhkan biaya sekitar 30 juta dolar Amerika Serikat setahun. Dari 1979 sampai 2012, total 64.202 korban ranjau darat dan UXO dicatat.
Dari jumlah itu 19.662 orang tewas, 35.640 terluka dan 8.900 diamputasi, menurut laporan resmi terbaru.
(H-AK/B002)