Malang (ANTARA) - Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan dua srikandi fakultas pertanian (FT), yakni Prof.Dr. Sri Rahayu Utami, M.Sc dan Prof. Dr Retno Dyah Puspitarini, M.S. sebagai profesor secara bersamaan di Gedung Samantha Krida kampus setempat, Selasa.

Prof. Dr Sri Rahayu Utami, M.Sc, merupakan profesor ke-30 dan Prof.Dr Retno Dyah Puspitarini, M.S. sebagai profesor aktif ke-31 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FT UB).

Prof. Dr Sri Rahayu Utami dikukuhkan sebagai profesor bidang Ilmu Geokimia Tanah, yang memaparkan tentang konsep GeoBioKim SL untuk manajemen kesuburan tanah pada lahan pertanian terdampak erupsi gunung api.

"Erupsi gunung api merupakan bencana alam yang mengakibatkan banyak korban. Namun, erupsi gunung api juga memberi manfaat positif untuk memperbaharui kondisi kesuburan tanah. Dengan melepaskan unsur hara yang terkandung, dapat memperbaiki kondisi tanah. Namun, membutuhkan waktu yang lama dan tidak dapat dimanfaatkan dalam jangka pendek,” katanya.

Lahan pertanian yang terdampak erupsi gunung api memiliki kendala sifat fisik, kimia dan biologi tanah bagi pertumbuhan dan produksi tanaman, sehingga dibutuhkan modifikasi perilaku untuk memperbaiki kondisi tanah kembali subur dalam waktu dekat dan dapat dimanfaatkan segera oleh petani yang tinggal di sekitar gunung api.

Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini, M.S dikukuhkan sebagai profesor bidang Ilmu Akarologi Tanaman, yang memaparkan tentang strategi hijau untuk kelestarian kehidupan tungau yang harmoni di agroekosistem.

Strategi hijau, menurut Retno, merupakan bagian dari berbagai strategi pengendalian tungau hama terpadu yang bersifat preemtif dan korektif.

"Strategi ini pada dasarnya adalah rekayasa ekologi untuk menyehatkan lahan, tanaman, dan mendatangkan musuh alami seawal mungkin serta mengupayakan agar populasinya setinggi mungkin, yang didapat melalui implementasi praktik kultur teknis, khususnya manipulasi habitat, penerapan tanaman inang yang tahan hama melalui evaluasi biologi dan parameter demografi, serta peningkatan peran kompleks musuh alami," katanya.

Keunggulan strategi ini, kata Retno, adalah pemahaman bahwa tungau merupakan bagian penting dari ekosistem.

Berbeda dari konsep terdahulu yang mengabaikan kelestarian tungau akibat pengendalian yang lebih menitikberatkan pada aplikasi pestisida secara konvensional, sehingga banyak menimbulkan gangguan dan ketidakseimbangan dalam agroekosistem.

"Namun demikian, untuk mendapatkan hasil yang maksimal, penerapan konsep ini masih tetap memerlukan penelitian lanjutan, demikian juga beberapa tindakan pengendalian yang dipilih, tampaknya tidak selalu mudah untuk diterapkan," ucapnya.

Baca juga: Empat srikandi Universitas Brawijaya dikukuhkan sebagai profesor
Baca juga: Pakar: Daun semanggi air mampu perbaiki kualitas sperma
Baca juga: Profesor UB rancang kursi roda pintar untuk disabilitas