Solo (ANTARA News) - Institut Javanologi Universitas Sebelas Maret Solo terus berupaya menarik naskah kuno berupa manuskrip jawa berusia paling tua dari zaman sebelum Islam masuk ke Indonesia, yang berada di perpustakaan Leiden, Belanda.

"Naskah itu tersimpan dalam bentuk seperti prasasti, logam, relief candi, perahu lontar, tulang, hingga sampai yang berasal dari bambu," kata Ketua Institut Javanologi UNS Solo Sahid Teguh Widodo, M.Hum kepada wartawan di sela-sela bedah buku "Pituduh dan Piwulang Sunan Lawu" di Solo, Rabu.

Ia mengatakan penarikan naskah tersebut tidak mudah. "Kami terus melakukan upaya-upaya untuk menarik naskah itu. Kami sudah layangkan surat ke salah satu profesor di sana. Kami sudah mencoba untuk mengirimkan orang yang bisa mengurus itu. Dan memang susah. Posisi perpustakaan itu sudah tutup. Tidak bisa diakses dengan baik oleh siapapun," katanya.

Sampai saat ini, lanjut Sahid, utusan UNS, Drs. Susanto, M.Hum, yang juga dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) masih berada di Leiden untuk mengurus hal tersebut. Selain itu, pihaknya juga akan mengusahakan melalui jalur diplomasi.

"Kami juga akan menggunakan jalur diplomasi. Kami sudah sampaikan minta tolong ke Pak Harmoko dan DPR RI agar mereka bisa membuka itu lewat KITLV atau langsung ke Leiden," katanya.

Institut Javanologi UNS akan mengusahakan untuk mendapatkan kopi dari naskah tersebut. Dengan memiliki kopi naskah-naskah itu, ke depannya, institut bakal dikembangkan terus menerus menjadi lembaga yang dapat dipercaya.

Ia mengatakan, sehingga naskah-naskah yang asli dapat kembali ke Jawa, dan diharapkan, Javanologi akan berkembang menjadi pusat studi Javanologi Internasional yang mampu berkontribusi melakukan pengkajian, penyediaan informasi, dan pengajaran.

Sementara itu, tahun ini UNS juga akan membangun gedung Javanologi dengan luas lahan 3500 meter persegi. Gedung senilai Rp35 miliar ini rencananya terdiri dari empat lantai, dengan lantai bawah bakal digunakan untuk museum kampus, dan lantai di atasnya sebagai perpustakaan manuskrip. Perpustakaan manuskrip ini yang akan dipergunakan untuk meyimpan naskah-naskah kuno yang berjumlah hingga puluhan ribu itu.

"Perpustakaan manuskrip itu berbeda konsepnya dengan perpustakaan buku. Karena kalau perpustakaan buku itu hanya almari-almari buku, kalau perpustakaan manuskrip pakai AC 24 jam," kata Sahid sambil menambahkan, hal ini dilakukan karena manuskrip membutuhkan ruangan penyimpanan dengan suhu yang stabil agar tidak mudah rusak," katanya.

(J005/N002)