ASEAN 2023
Keketuaan Indonesia di ASEAN kesempatan pertukaran teknologi kesehatan
24 Juni 2023 21:49 WIB
Foto arsip. Dua anak berpakaian tradisional Betawi saat mengikuti acara "kick off" keketuaan Indonesia dalam ASEAN 2023 di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu (29/1/2023). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nym.)
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan bahwa pertukaran teknologi kesehatan menjadi salah satu yang dapat dilakukan Indonesia di sektor kesehatan dalam Keketuaan di ASEAN tahun ini.
"Setidaknya, ada tujuh hal yang dapat dilakukan sehubungan Keketuaan ASEAN, salah satunya pertukaran teknologi kesehatan yang dimiliki antar negara ASEAN," kata Tjandra kepada ANTARA, Sabtu.
Menurut Tjandra yang merupakan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu, hal tersebut penting dilakukan sebab masing-masing negara ASEAN bisa saja punya keunggulan teknologi kesehatan di bidang tertentu.
Baca juga: Indonesia akan kawal capaian tiga pilar utama dalam keketuaan ASEAN
Pertukaran teknologi kesehatan antar negara ASEAN pun dinilainya dapat menjadi upaya untuk saling memperkuat teknologi yang telah dimiliki oleh masing-masing negara.
"Baik ada platform yang menggambarkan situasi teknologi kesehatan masing-masing, lalu kemudian saling memperkuat untuk mencapai Ketahanan Kesehatan ASEAN atau ASEAN health security," imbuhnya.
Selain pertukaran teknologi kesehatan, Tjandra mengatakan hal-hal lain yang dapat dilakukan dalam Keketuaan Indonesia di ASEAN yaitu surveilan bersama agar kawasan ASEAN selalu memiliki data perkembangan penyakit tertentu dari waktu ke waktu.
"Dan kalau ada peningkatan, maka segera ditanggulangi," katanya.
Kemudian, pertukaran dan komunikasi data kesehatan yang intensif, serta pertukaran informasi mengenai sarana dan prasarana kesehatan di kawasan ASEAN yang memungkinkan terjadinya kerja sama kawasan.
"Misalnya kalau ada negara A dapat membuat alat diagnostik atau vaksin atau obat tertentu, maka negara ASEAN lain dapat memanfaatkannya," kata Tjandra menjelaskan.
Ia menambahkan, penting juga untuk membahas soal kerja sama pengadaan kebutuhan kesehatan bersama dalam Keketuaan Indonesia di ASEAN.
"Maksudnya, secara bersama membeli vaksin, diagnosis, atau obat, sehingga harga lebih kompetitif," katanya.
Selain itu, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu melanjutkan, melalui Keketuaan di ASEAN, Indonesia juga dapat melakukan kerja sama Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan antar negara serta kerja sama untuk menangani masalah kesehatan tertentu.
Sebagai informasi, pada tahun 2023, Indonesia memegang Keketuaan ASEAN untuk kali kelima dengan mengusung tema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth".
Dalam Keketuaan di ASEAN tahun ini, di sektor kesehatan Indonesia memprioritaskan untuk memperkuat arsitektur kesehatan regional melalui One Health Initiative, yang dilatarbelakangi oleh munculnya pandemi COVID-19 yang mengakibatkan krisis multidimensi dan peningkatan kerentanan kesehatan.
Baca juga: Pakar sebut telemedisin jadi keunggulan Indonesia di ASEAN
Baca juga: ASEAN tegaskan komitmen untuk pertahankan sentralitas dan persatuan
Baca juga: Keketuaan Indonesia di ASEAN dapat dorong talenta dan keamanan digital
"Setidaknya, ada tujuh hal yang dapat dilakukan sehubungan Keketuaan ASEAN, salah satunya pertukaran teknologi kesehatan yang dimiliki antar negara ASEAN," kata Tjandra kepada ANTARA, Sabtu.
Menurut Tjandra yang merupakan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu, hal tersebut penting dilakukan sebab masing-masing negara ASEAN bisa saja punya keunggulan teknologi kesehatan di bidang tertentu.
Baca juga: Indonesia akan kawal capaian tiga pilar utama dalam keketuaan ASEAN
Pertukaran teknologi kesehatan antar negara ASEAN pun dinilainya dapat menjadi upaya untuk saling memperkuat teknologi yang telah dimiliki oleh masing-masing negara.
"Baik ada platform yang menggambarkan situasi teknologi kesehatan masing-masing, lalu kemudian saling memperkuat untuk mencapai Ketahanan Kesehatan ASEAN atau ASEAN health security," imbuhnya.
Selain pertukaran teknologi kesehatan, Tjandra mengatakan hal-hal lain yang dapat dilakukan dalam Keketuaan Indonesia di ASEAN yaitu surveilan bersama agar kawasan ASEAN selalu memiliki data perkembangan penyakit tertentu dari waktu ke waktu.
"Dan kalau ada peningkatan, maka segera ditanggulangi," katanya.
Kemudian, pertukaran dan komunikasi data kesehatan yang intensif, serta pertukaran informasi mengenai sarana dan prasarana kesehatan di kawasan ASEAN yang memungkinkan terjadinya kerja sama kawasan.
"Misalnya kalau ada negara A dapat membuat alat diagnostik atau vaksin atau obat tertentu, maka negara ASEAN lain dapat memanfaatkannya," kata Tjandra menjelaskan.
Ia menambahkan, penting juga untuk membahas soal kerja sama pengadaan kebutuhan kesehatan bersama dalam Keketuaan Indonesia di ASEAN.
"Maksudnya, secara bersama membeli vaksin, diagnosis, atau obat, sehingga harga lebih kompetitif," katanya.
Selain itu, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu melanjutkan, melalui Keketuaan di ASEAN, Indonesia juga dapat melakukan kerja sama Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan antar negara serta kerja sama untuk menangani masalah kesehatan tertentu.
Sebagai informasi, pada tahun 2023, Indonesia memegang Keketuaan ASEAN untuk kali kelima dengan mengusung tema "ASEAN Matters: Epicentrum of Growth".
Dalam Keketuaan di ASEAN tahun ini, di sektor kesehatan Indonesia memprioritaskan untuk memperkuat arsitektur kesehatan regional melalui One Health Initiative, yang dilatarbelakangi oleh munculnya pandemi COVID-19 yang mengakibatkan krisis multidimensi dan peningkatan kerentanan kesehatan.
Baca juga: Pakar sebut telemedisin jadi keunggulan Indonesia di ASEAN
Baca juga: ASEAN tegaskan komitmen untuk pertahankan sentralitas dan persatuan
Baca juga: Keketuaan Indonesia di ASEAN dapat dorong talenta dan keamanan digital
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023
Tags: