Singapura (ANTARA) - Harga minyak relatif stabil di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi, tetapi berada di jalur penurunan 3,0 persen minggu ini di tengah kekhawatiran tentang prospek permintaan bahan bakar setelah kenaikan suku bunga yang lebih besar dari perkiraan di Inggris dan peringatan tentang ancaman kenaikan suku bunga AS.

Minyak mentah berjangka Brent menyusut 7 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 74,07 dolar AS per barel pada pukul 00,26 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 11 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 69,40 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan telah turun sekitar tiga dolar AS di sesi sebelumnya setelah bank sentral Inggris menaikkan suku bunga setengah poin persentase, memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi yang dapat mengurangi permintaan bahan bakar.

Kenaikan suku bunga tersebut melebihi dukungan dari kejutan penarikan stok minyak AS, dikutip dari Reuters.

Pasar sekarang menunggu rilis Indeks Pembelian Manajer (PMI) dari seluruh dunia pada Jumat untuk melihat aktivitas manufaktur dan tren permintaan.

Aktivitas manufaktur Jepang jatuh kembali ke kontraksi pada Juni dan pertumbuhan sektor jasa-jasa melambat untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan, survei menunjukkan pada Jumat, karena kepercayaan bisnis dan permintaan melemah.

Di AS, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank sentral akan memindahkan suku bunga dengan "langkah hati-hati" dari sini ketika para pembuat kebijakan berupaya mengakhiri putaran bersejarah pengetatan kebijakan moneter mereka.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Di sisi pasokan, stok minyak mentah AS membukukan penurunan yang mengejutkan pada minggu lalu, dibantu oleh permintaan ekspor yang kuat dan impor yang rendah, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Kamis (22/6/2023). Namun, persediaan bensin dan sulingan naik.

Baca juga: Harga minyak anjlok karena pengetatan moneter bank-bank sentral utama
Baca juga: Minyak turun di Asia karena ketidakpastian permintaan, fokus stok AS
Baca juga: Produksi minyak lepas pantai China telah melebihi 500 juta ton