Surabaya (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menjalin kerja sama dengan PT Bank Perkreditan Rakyat atau dikenal Bank UMKM Jawa Timur untuk memfasilitasi permodalan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Wakil Ketua Umum Bidang UMKM Kadin Jatim, Idris Yahya usai penandatanganan kerja sama di Surabaya, Kamis mengatakan ada tiga persoalan yang hingga kini masih menjadi kendala utama bagi pengembangan UMKM, yaitu persoalan Sumber Daya Manusia (SDM), permodalan dan pemasaran.

"Alhamdulillah dengan kerja sama ini persoalan permodalan sudah teratasi. Untuk persoalan peningkatan SDM dan pemasaran, Kadin Jatim juga telah melakukan pendampingan melalui berbagai program yang sudah terlaksana," kata Idris Yahya.

"Untuk pemasaran, di antaranya dengan memasukkan mereka di marketplace, mengikutkan di pameran, dalam bentuk B to B atau melalui kunjungan antar provinsi yang selalu kami lakukan dengan Gubernur Jatim. Kami pasarkan produk UMKM ke provinsi lain," tambahnya.

Menurut Idris, ada banyak keuntungan yang diperoleh UMKM melalui kerja sama dengan Bank UMKM Jatim, di antaranya adalah kemudahan mendapatkan permodalan dengan suku bunga rendah sebesar 3 persen.

"Dari segi bunga sangat menarik, karena hanya 3 persen per tahun flat, lebih murah dari suku bunga KUR sebesar 6 persen, bahkan setengahnya. Jadi sangat membantu pelaku UMKM dengan pembiayaan murah," ujarnya.

Hal tersebut, kata Idris, akan menjadi satu paket dalam program peningkatan UMKM Kadin Jatim yang sebelumnya telah dilaksanakan, yaitu kurasi produk bekerja sama dengan Bank Indonesia. Sampai saat ini, sudah ada sekitar 2.000 UMKM di Jatim yang sudah dikurasi dengan biaya nol rupiah.

Direktur Utama Bank UMKM, Yudhi Wahyu mengungkapkan, sinergitas permodalan dengan Kadin Jatim ini akan menjadi trigger dalam peningkatan penyerapan kredit di Bank UMKM Jatim, pemasaran dan juga pembinaan bagi UMKM.

"Program Bank UMKM Jatim dengan Kadin Jatim ini tidak hanya sinergitas permodalan, tetapi juga dari sisi pemasaran dan pembinaan. Bisa disinergikan semua karena tujuan kita untuk membantu UMKM menembus pasar, termasuk berjualan, produksinya juga bisa kita sinergikan," kata Yudhi Wahyu.

Saat ini, lanjutnya, Bank UMKM Jatim telah mempunyai sistem yang telah dikembangkan untuk mempermudah komunitas UMKM agar bisa saling terhubung untuk memperluas pengembangan pasar mereka.

"Penting untuk memastikan kehadiran pemerintah dan perbankan untuk pejuang UMKM," tuturnya.

Sampai bulan kemarin, realisasi penyaluran kredit Bank UMKM di Jatim sudah mencapai Rp230 miliar atau naik 6 persen dari tahun lalu. Hingga akhir tahun pertumbuhan kredit UMKM ditargetkan mencapai 10 persen atau sekitar Rp300 miliar.

"Kalau kami melihat animo UMKM dan kondisi ekonomi saat ini, kami optimistis akan tumbuh lebih dari 10 persen," ucapnya.

Realisasi penyerapan kredit terbesar adalah UMKM di sektor pertanian yang mencapai 30 persen, disusul sektor perdagangan atau ritel dan UMKM.

"Bahkan NPL kami di sektor pertanian ini hanya 1 persen karena di saat pandemi, sektor pertanian justru mengalami pertumbuhan yang bagus. Sektor peternakan sempat terkena imbas MPK tetapi secara risiko masih terkendali," katanya.