Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah diminta melakukan mobilisasi daging sapi dari sentra-sentra peternakan ke pusat-pusat permintaan daging sapi guna mengatasi masih tingginya harga daging sapi di pasaran.
Ketua Fraksi FPKS DPR RI Hidayat Nur Wahid di Jakarta, Jumat menyatakan bahwa sentra peternakan sapi ada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, sedangkan lokasi konsumen berada di Jakarta.
"Untuk memberikan kemudahan dan kelancaran distribusi daging sapi kepada konsumen, perlu dilakukan pembangunan infrastruktur secara terpadu, antara lain, pelabuhan, rumah potong hewan, dan alat transportasi," katanya dalam diskusi "Swasembada dan Impor Daging Sapi" di ruang FPKS, Kompleks DPR/MPR.
Menurut dia, nantinya dari sentra produksi yang dibawa ke wilayah konsumen, seperti Jakarta, sudah berupa daging bukan lagi sapi bakalan dan sejenisnya.
Hidayat menyatakan, saat ini, belum ada dukungan alat transportasi, misalnya kereta api, dari sentra-sentra produksi ke konsumen sehingga Pemerintah harus mencari solusi terbaik untuk persoalan tersebut.
Senada dengan hal itu anggota Komisi IV dari FPKS Hermanto Tanjung menyatakan bahwa jauhnya jarak sentra-sentra produksi ternak dengan konsumen menjadi salah satu kendala program Swasembada Daging Sapi yang sudah dicanangkan pemerintah pada tahun 2014.
"Sentra sapi sebagian besar berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. "Di Papua saja ada. Tapi lokasi konsumen sebagian besar kan ada di Jakarta," katanya.
Untuk itu, menurut dia, Pemerintah perlu memberikan insentif kepada daerah-daerah yang memiliki kontribusi di dalam percepatan pencapaian Program Swasembada Sapi 2014.
Berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa populasi sapi potong di Indonesia sekitar 14,8 juta ekor, sapi perah sebanyak 597,2 ribu ekor, dan kerbau sebanyak 1,3 juta ekor.
(S025/D007)
Kalangan DPR minta pemerintah mobilisasi daging dari sentra peternakan
22 Februari 2013 17:51 WIB
Hidayat Nur Wahid (FOTO ANTARA/Ahmad)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013
Tags: