Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan Deklarasi Para Pemimpin ASEAN tentang Inisiatif Satu Kesehatan atau one health perlu didukung dengan jejaring kerja yang jelas.

"Bentuk kegiatan, antara lain mengidentifikasi kemungkinan ancaman pada kesehatan manusia, hewan, tanaman dan lingkungan, termasuk organisme yang mungkin menimbulkan penyakit zoonosis dan pandemi di masa depan," kata Tjandra Yoga Aditama yang dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

Ia mendorong analisa menyeluruh dari implementasi Satu Sehat di kawasan ASEAN, untuk mengetahui apa yang sudah dilakukan dan apa yang perlu dikerjakan untuk memperkuatnya.

Baca juga: Menko PMK tekankan pentingnya penguatan arsitektur kesehatan di ASEAN

Selain itu, pendekatan Satu Sehat juga perlu diperkuat dengan kerangka kerja yang jelas dalam bentuk Rencana Aksi Bersama di tataran negara ASEAN, antara lain memuat target yang jelas, terukur bentuk dan jangka waktu pencapaiannya.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu mendorong kolaborasi lintas sektor yang lebih baik lagi, termasuk kerja sama bilateral dan multilateral dalam ruang lingkup kesehatan manusia, hewan peliharaan dan hewan liar, tanaman dan lingkungan.

"Perlu dibentuk jaringan kerja one health yang jelas, misalnya ASEAN One Health Network," katanya.

Tjandra mengatakan pendekatan Satu Sehat memerlukan dukungan anggaran dalam upaya pelaksanaan kerja sama dengan organisasi internasional untuk melahirkan kebijakan yang inovatif.

Deklarasi Para Pemimpin ASEAN tentang Inisiatif Satu Kesehatan (ASEAN Leaders Declaration on One Health Initiative) dihelat pada KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, 10 hingga 11 Mei 2023.

Inisiatif Satu Sehat berangkat dari perhatian Indonesia akan dampak multidimensi akibat pandemi COVID-19, serta kemungkinan penyakit menular lain yang muncul dan muncul kembali yang disebabkan oleh zoonosis, resistensi antimikroba, serta perubahan iklim.

"Negara ASEAN saat ini sedang mengamati berbagai penyakit menular baru atau muncul kembali, termasuk yang bersifat zoonosis atau menular dari binatang ke manusia," katanya.

Selain itu, pandemi senyap yang dipicu resistensi antimikroba (antimicrobial resistance-AMR) serta dampak yang berhubungan dengan perubahan cuaca yang makin meluas sedang mengancam sektor kesehatan di kawasan ASEAN, kata Tjandra menambahkan.

Baca juga: Indonesia dorong one health perkuat arsitektur kesehatan ASEAN

Baca juga: Para pemimpin ASEAN berkomitmen bentuk Jaringan One Health ASEAN


Secara terpisah, Kepala Pusat Kebijakan Kesehatan Global dan Teknologi Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Bonanza Perwira Taihitu mendukung masukan tersebut.

"Deklarasi itu memandatkan agar Menteri Kesehatan ASEAN bekerja sama dengan para menteri terkait di kawasan ASEAN yang bertanggung jawab atas kesehatan hewan, pertanian, kehutanan, lingkungan hidup, dan pangan," katanya.

Penyusunan deklarasi telah melewati tahapan pembahasan intensif dan kolaborasi sektor manusia, kesehatan hewan, pertanian, kehutanan, lingkungan, dan pangan di negara anggota ASEAN.