Kuala Lumpur, Malaysia (ANTARA/PRNewswire)- Akses pembiayaan telah lama menjadi perdebatan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Di Malaysia, sejumlah kendala dalam pembiayaan yang dihadapi pelaku usaha kecil termasuk persyaratan jaminan yang lebih tinggi dari lembaga keuangan konvensional (58,8%), serta lambatnya persetujuan atau penyaluran pinjaman (23,5%)[1]. Di Indonesia, di sisi lain, pelaku usaha kecil juga menghadapi kendala yang mirip. Apalagi, 51% pelaku usaha kecil di negara ini belum pernah mengakses layanan perbankan, sedangkan, 26% lainnya jarang menggunakan layanan perbankan[2].


Angka tersebut mencerminkan kesenjangan besar di tengah komunitas usaha kecil yang belum terjangkau oleh layanan keuangan. Jika kendalanya diatasi, maka komunitas ini dapat meningkatkan PDB di ekonomi lokal sebuah negara hingga di atas 30%[3]. Di sinilah peluang bagi tekfin, yakni menutup kesenjangan dalam inklusi finansial dengan menghadirkan solusi finansial yang aksesibel.




Salah satu perusahaan tekfin di Asia Tenggara yang meningkatkan inklusi finansial adalah Boost, unit usaha Axiata yang bergerak dalam tekfin di tingkat regional dan menawarkan layanan lengkap. Boost baru-baru ini menarik perhatian luas bersama mitra konsorsiumnya, RHB, sebagai salah satu dari lima institusi yang meraih izin bank digital dari bank sentral Malaysia.







Boost, unit usaha Axiata yang bergerak dalam tekfin di tingkat regional dan menawarkan layanan lengkap, terus menutup kesenjangan dalam inklusi keuangan lewat ekosistem yang holistis.




Setelah maraknya bank digital yang hadir di seluruh dunia[4], layanan bank digital dari Boost dinilai sebagai layanan unggulan, sebab memiliki daya saing sebagai pelaku tekfin yang memiliki ekosistem komprehensif, serta keahlian teruji dalam menjalankan kegiatan operasional berskala luas sehingga memenuhi kriteria dari sebuah bank digital yang sukses.




Lewat ekosistem tekfin yang holistis, terdiri atas aplikasi tekfin terpadu, solusi bagi pihak gerai, bisnis pembiayaan mikro berbasiskan AI, serta platform pembayaran lintaswilayah, Boost memiliki rekam jejak dalam membantu jutaan pengguna dan gerai di Asia Tenggara sejak 2017.




Sejak terbentuk pertama kali, bisnis pembiayaan mikro berbasiskan AI dari Boost telah menyalurkan pembiayaan UMKM hingga lebih dari RM 2,8 miliar di Malaysia dan Indonesia pada awal 2023. Meski penelitian memperkirakan bahwa hampir setengah dari pelanggan Boost termasuk nasabah yang baru pertama kali memperoleh pinjaman, Boost berhasil mempertahankan tingkat kredit macet satu digit, serta repeat rate yang tinggi dalam hal pembiayaan jangka pendek, tepatnya sekitar 90% di kedua negara tersebut.




Hal ini terwujud berkat ekosistem dan teknologi tekfin Boost yang holistis. Dalam ekosistem Boost, solusi keuangan digital terintegrasi dengan transaksi dan siklus pembelian pelaku usaha. Dengan solusi pembiayaan mikro Boost, UMKM dapat mengakses pinjaman lewat aplikasi digital yang simpel dan hanya membutuhkan waktu lima menit, bahkan pinjaman disalurkan dalam 48 jam setelah mendapat persetujuan.




Dengan demikian, Boost meraih izin bank digital di Malaysia. Seluruh mata kini tertuju pada Boost dalam beberapa bulan mendatang, sebab pihak gerai dan pengguna menyambut hangat layanan bank digital tersebut.




[1] https://smecorp.gov.my/images/pdf/2021/LTPKS/BI/Economic%20Report/4.%20Economic%20Performance%20&%20Outlook%202019_20%20-%20Box%20Article.pdf

[2] https://theasianbanker.com/finance-indonesia-2022/

[3] https://www.adb.org/sites/default/files/publication/222061/financial-inclusion-se-asia.pdf

[4] https://www.bcg.com/publications/2021/digital-banking-asia-pacific