Damaskus (ANTARA News) - Komandan pemberontak Tentara Pembebasan Suriah mengeluarkan ultimatum 48 jam, memperingatkan bahwa pasukannya akan menyerang Hizbullah Lebanon kecuali kelompok itu menghentikan serangan ke daerah yang dikuasai pemberontak.

Ancaman itu dikeluarkan pada Rabu, setelah pemberontak menembak jatuh pesawat tempur pemerintah menyusul serangan udara yang menewaskan 20 orang di kota Provinsi Damaskus.

Jenderal Selim Idriss, kepala staf Tentara Pembebasan Suriah (FSA) mengemukakan kepada AFP, Rabu, bahwa Hizbullah telah lama ikut serta dalam permusuhan di Suriah, tetapi mereka melampaui batas dengan menembaki desa-desa dekat Qusayr di Provinsi Homs dari Lembah Bekaa Lebanon.

"Hizbullah menyalahgunakan kedaulatan Lebanon dengan menembaki daerah Suriah dan posisi-posisi Tentara Pembebasan Suriah," kata Idriss.

Komandan itu mengatakan pemberontak memberikan waktu 48 jam kepada Hizbullah untuk menghentikan serangan-serangan seperti itu dan mengatakan, "segera ultimatum itu berakhir, kami akan mulai menanggapi sumber-sumber penembakan".

Pemberontak di daerah Qusays akan didukung oleh para petempur FSA yang dilengkapi dengan senjata-senjata jarak jauh dari daerah-daerah lainnya, katanya.

FSA juga meminta presiden Lebanon dan perdana menteri turun tangan, kata Idriss, tetapi kantor Perdana Menteri Najib Mikati menolak melakukan kontak dengan pemberontak Suriah.

Hizbullah berulang-ulang mengirim para petempur di Suriah, kendati pemimpin mereka Hasan Nasrallah mengakui pada Oktober 2012 bahwa para anggota partai memerangi pemberontak Suriah.

Nasrallah mengatakan mereka bertindak sebagai individu dan tidak berada dibawah perintah langsung kelompok itu.

AFP melaporkan, Lebanon terbelah dua menyangkut konflik Suriah, Sunni yang memimpin gerakan 14 Maret mendukung pemberontak, sedangkan Hizbullah yang Syiah dan sekutunya mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad.

(H-RN)