PGRI Jateng: Guru jangan terjebak linearitas keilmuan
18 Juni 2023 21:27 WIB
Ketua PGRI Jawa Tengah Dr Muhdi saat "Lokakarya Narasumber Digital Academic Training dan Pelatihan Editor Buku PGRI Jateng", di Semarang, Minggu (18/6/2023). ANTARA/HO-Dok PGRI Jateng
Semarang (ANTARA) - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Tengah mengingatkan para guru agar tidak terjebak pada linearitas keilmuan mereka, namun harus bisa berpikir lebih komprehensif dan mampu bekerja sama dengan guru dengan disiplin keilmuan berbeda.
"Tidak akan lahir teknologi operasi laser apabila para dokter tidak mau bekerja sama dengan ahli fisika," kata Ketua PGRI Jateng Dr Muhdi, saat "Lokakarya Narasumber Digital Academic Training dan Pelatihan Editor Buku PGRI Jateng", di Semarang, Minggu.
Menurut dia, dokter tentunya tidak menguasai teknologi laser, tetapi dengan lintas keilmuan akhirnya tindakan medis, yakni operasi untuk kasus penyakit tertentu bisa dilakukan secara efisien tanpa harus membedah tubuh.
Diakui mantan Rektor Universitas PGRI Semarang (Upgris) tersebut, beberapa waktu lalu dunia pendidikan pernah terjebak dalam perangkap linearitas yang mengakibatkan para pendidik tidak berkembang.
Ketika itu, kata dia, banyak guru merasa angkuh dengan keilmuannya dan tidak mau belajar ilmu lain sehingga ketika pandemi datang akhirnya mereka terguncang karena tidak menguasai ilmu teknologi informasi.
"Sekarang semua baru menyadari bahwa ilmu itu tidak berdiri sendiri. Untuk melahirkan sesuatu yang bermanfaat, berbagai ilmu harus mampu bersatu dan bekerja sama. Ini harus betul-betul disadari para guru," katanya.
Baca juga: Pemerintah kirim 12 ribu guru ke luar negeri tambah wawasan
Baca juga: Praktisi pendidikan: Semua guru harus miliki wawasan perundungan
Apalagi, kata dia, terkait dengan penguasaan teknologi informasi. "Guru harus mau belajar teknologi informasi, apapun disiplin bidang keilmuannya, tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa teknologi informasi sudah bukan lagi wajib dikuasai para guru, tetapi guru sudah harus sampai pada tahap terampil dalam menggunakan teknologi informasi.
Sebab, kata dia, pola pembelajaran ke depan akan cenderung melibatkan teknologi informasi sebagai bagian dari proses pembelajarannya.
"Di masa mendatang, teknologi informasi akan menjadi pilihan dalam proses pembelajaran. Jadi, sudah bukan waktunya lagi kalau sekedar menguasai, guru harus sudah terampil," katanya.
"Tapi, kenyataannya, sampai sekarang kan ya masih banyak guru yang memanfaatkan ponsel hanya untuk menelpon dan mengirim pesan," tambah Muhdi, disambut tawa para guru.
Muhdi menambahkan bahwa tantangan guru ke depan akan semakin berat sehingga ilmu yang berkembang begitu cepat harus bisa diikuti guru dan menuntut guru untuk terus menerus memperbarui keilmuannya.
"Tidak akan lahir murid yang hebat dari guru yang tidak hebat. Murid yang hebat hanya akan lahir dari guru yang hebat. Maka saya minta para guru untuk terus meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan generasi bangsa yang hebat-hebat," pungkasnya.
Baca juga: Syafii Maarif: pendidik harus meluaskan cakrawala wawasan
Baca juga: Sekolah Penggerak dinilai dapat optimalkan kapasitas guru
Baca juga: Pengamat : Organisasi Penggerak efektif tingkatkan kapasitas guru
"Tidak akan lahir teknologi operasi laser apabila para dokter tidak mau bekerja sama dengan ahli fisika," kata Ketua PGRI Jateng Dr Muhdi, saat "Lokakarya Narasumber Digital Academic Training dan Pelatihan Editor Buku PGRI Jateng", di Semarang, Minggu.
Menurut dia, dokter tentunya tidak menguasai teknologi laser, tetapi dengan lintas keilmuan akhirnya tindakan medis, yakni operasi untuk kasus penyakit tertentu bisa dilakukan secara efisien tanpa harus membedah tubuh.
Diakui mantan Rektor Universitas PGRI Semarang (Upgris) tersebut, beberapa waktu lalu dunia pendidikan pernah terjebak dalam perangkap linearitas yang mengakibatkan para pendidik tidak berkembang.
Ketika itu, kata dia, banyak guru merasa angkuh dengan keilmuannya dan tidak mau belajar ilmu lain sehingga ketika pandemi datang akhirnya mereka terguncang karena tidak menguasai ilmu teknologi informasi.
"Sekarang semua baru menyadari bahwa ilmu itu tidak berdiri sendiri. Untuk melahirkan sesuatu yang bermanfaat, berbagai ilmu harus mampu bersatu dan bekerja sama. Ini harus betul-betul disadari para guru," katanya.
Baca juga: Pemerintah kirim 12 ribu guru ke luar negeri tambah wawasan
Baca juga: Praktisi pendidikan: Semua guru harus miliki wawasan perundungan
Apalagi, kata dia, terkait dengan penguasaan teknologi informasi. "Guru harus mau belajar teknologi informasi, apapun disiplin bidang keilmuannya, tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa teknologi informasi sudah bukan lagi wajib dikuasai para guru, tetapi guru sudah harus sampai pada tahap terampil dalam menggunakan teknologi informasi.
Sebab, kata dia, pola pembelajaran ke depan akan cenderung melibatkan teknologi informasi sebagai bagian dari proses pembelajarannya.
"Di masa mendatang, teknologi informasi akan menjadi pilihan dalam proses pembelajaran. Jadi, sudah bukan waktunya lagi kalau sekedar menguasai, guru harus sudah terampil," katanya.
"Tapi, kenyataannya, sampai sekarang kan ya masih banyak guru yang memanfaatkan ponsel hanya untuk menelpon dan mengirim pesan," tambah Muhdi, disambut tawa para guru.
Muhdi menambahkan bahwa tantangan guru ke depan akan semakin berat sehingga ilmu yang berkembang begitu cepat harus bisa diikuti guru dan menuntut guru untuk terus menerus memperbarui keilmuannya.
"Tidak akan lahir murid yang hebat dari guru yang tidak hebat. Murid yang hebat hanya akan lahir dari guru yang hebat. Maka saya minta para guru untuk terus meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan generasi bangsa yang hebat-hebat," pungkasnya.
Baca juga: Syafii Maarif: pendidik harus meluaskan cakrawala wawasan
Baca juga: Sekolah Penggerak dinilai dapat optimalkan kapasitas guru
Baca juga: Pengamat : Organisasi Penggerak efektif tingkatkan kapasitas guru
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023
Tags: