Pekerja Malawi ancam tutup bandara
20 Februari 2013 12:25 WIB
Aksi pemogokan pekerja menambah tekanan terhadap Presiden Malawi Joyce Banda (tengah), yang memangku jabatan tahun lalu dan menjalankan pembaruan ekonomi menyakitkan dengan dukungan Dana Moneter Internasional (IMF) serta donor.(REUTERS/Mabvuto Banda)
Lilongwe (ANTARA News) - Pegawai negeri di Malawi telah memberitahu pemerintah dan perusahaan penerbangan tentang rencana mereka menutup bandar udara internasional utama di Ibu Kota Malawi, Lilongwe, pada Rabu, sebagai bagian dari pemogokan sektor layanan masyarakat selama sepekan.
Penutupan bandara tersebut akan memotong jalur udara utama yang dilayani oleh Kenya Airways, South African Airways dan Ethiopian Airlines.
Lebih dari 100.000 pekerja sektor layanan umum mogok sejak pekan lalu guna menuntut kenaikan gaji sebesar 65 persen atau dua kali lipat nilai inflasi guna mengatasi kenaikan biaya hidup akibat devaluasi mata uang kwacha.
"Kami bergabung dalam pemogokan dan menutup bandara," kata Joel Mkandawire, pemimpin serikat pekerja kepada Reuters pada Selasa (19/2).
Menteri Keuangan Malawi, Ken Lipenga, mengatakan pemerintah tak bisa menaikkan gaji dan sedang berunding dengan pekerja yang mogok.
"Saat ini, jumlah gaji kami ialah 97 miliar kwacha (277 juta dolar AS), dan jika kami menyetujui tuntutan mereka, ini akan jadi hampir tiga kali lipat menjadi 276 miliar kwacha, yang sama dengan seluruh anggaran nasional," kata Lipengar kepada Reuters.
Pemogokan pekerja itu telah menutup sekolah dan melumpuhkan rumah sakit utama yang sudah kekurangan pekerja kesehatan dan tenaga farmasi.
Misi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang sedang berkunjung membahas keresahan masyarakat yang meluas akibat anjloknya standard hidup, dugaan penghambur-hamburan oleh pemerintah dan korupsi bersama pemerintah.
Kepala Misi IMF untuk Malawi Tsidi Tsikata mengatakan ada "tanda yang membesarkan hati" bahwa ekonomi Malawi mulai membaik; mata uang asing makin tersedia dan hujan diramalkan akan meningkatkan hasil pertanian.
(C003)
Penutupan bandara tersebut akan memotong jalur udara utama yang dilayani oleh Kenya Airways, South African Airways dan Ethiopian Airlines.
Lebih dari 100.000 pekerja sektor layanan umum mogok sejak pekan lalu guna menuntut kenaikan gaji sebesar 65 persen atau dua kali lipat nilai inflasi guna mengatasi kenaikan biaya hidup akibat devaluasi mata uang kwacha.
"Kami bergabung dalam pemogokan dan menutup bandara," kata Joel Mkandawire, pemimpin serikat pekerja kepada Reuters pada Selasa (19/2).
Menteri Keuangan Malawi, Ken Lipenga, mengatakan pemerintah tak bisa menaikkan gaji dan sedang berunding dengan pekerja yang mogok.
"Saat ini, jumlah gaji kami ialah 97 miliar kwacha (277 juta dolar AS), dan jika kami menyetujui tuntutan mereka, ini akan jadi hampir tiga kali lipat menjadi 276 miliar kwacha, yang sama dengan seluruh anggaran nasional," kata Lipengar kepada Reuters.
Pemogokan pekerja itu telah menutup sekolah dan melumpuhkan rumah sakit utama yang sudah kekurangan pekerja kesehatan dan tenaga farmasi.
Misi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang sedang berkunjung membahas keresahan masyarakat yang meluas akibat anjloknya standard hidup, dugaan penghambur-hamburan oleh pemerintah dan korupsi bersama pemerintah.
Kepala Misi IMF untuk Malawi Tsidi Tsikata mengatakan ada "tanda yang membesarkan hati" bahwa ekonomi Malawi mulai membaik; mata uang asing makin tersedia dan hujan diramalkan akan meningkatkan hasil pertanian.
(C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013
Tags: