Moskow (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Raja Jordania Abdullah II akan bertemu di Moskow Selasa untuk membahas kerja sama ekonomi bilateral, termasuk usulan partisipasi Rusia dalam proyek pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Jordania, kata Kremlin.

Menurut pemerintah Rusia, perdagangan Rusia-Jordania tumbuh 22 persen pada 2012 menjadi 426,5 juta dolar AS. Ekspor Rusia, terutama produk minyak, baja dan biji-bijian, mendominasi perdagangan bilateral.

"Pembicaraan akan fokus pada perluasan perdagangan bilateral dan pelaksanaan proyek skala besar bersama," kata dinas layanan pers Kremlin dalam satu pernyataan, Senin, seperti dikutip RIA Novosti.

"Para kepala negara akan membahas kemungkinan partisipasi Rusia dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Kerajaan Jordania, serta pembangunan infrastruktur dan pertambangan," kata pernyataan itu.

Jordania pertama kali mengumumkan rencana untuk membangun kapasitas nuklirnya sendiri dan mengeksploitasi sumber daya uraniumnya pada tahun 2008. Perusahaan nuklir negara Rusia Rosatom berada pada daftar atas yang berpotensi menjadi kontraktor proyek PLTN tersebut.

Bencana Fukushima menyebabkan komitmen yang jelas dari Komisi Energi Atom Jordania bahwa setiap reaktor yang dibangun harus memenuhi standar keselamatan Barat dan akan menjalani penilaian keselamatan penuh oleh badan keamanan berpengalaman independen dan kredibel.

Pada Mei 2012, Parlemen Jordania memutuskan untuk menangguhkan program PLTN dan upaya eksplorasi uranium sambil menunggu penyelesaian kelayakan ekonomi dan penilaian dampak lingkungan. Sementara itu, Rosatom menyediakan beasiswa bagi 12 fisikawan nuklir Jordania untuk belajar di Rusia.

Jordania saat ini bergantung pada bahan bakar fosil, namun mengimpor 97 persen dari kebutuhan energinya dari negara-negara tetangga.

(H-AK)