Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Praetyo Adi menuturkan pembangunan ketahanan pangan yang bersifat multisektor dari aspek hulu hingga hilir harus berbasis pada spirit kemandirian dan kedaulatan pangan untuk menciptakan sistem pangan tangguh dan berkelanjutan.

"Ketahanan pangan Indonesia itu berlandaskan kemandirian pangan dan kedaulatan pangan sesuai amanat UU 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Mandiri dan berdaulat salah satunya tercermin dari komoditas pangan yang bisa diproduksi dari dalam negeri dan mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional" ujar Arief dalam Seminar Hasil Riset bertajuk “Mendorong Kolaborasi Arah Kebijakan Pangan untuk Indonesia Emas”, di Jakarta, Kamis.

Arief menuturkan bahwa setiap daerah memiliki potensi dan sumber daya pangan masing-masing yang harus dioptimalkan dan menjadi komoditas andalan daerah.

“Dengan spesifikasi komoditas pangan tersebut didukung oleh pembangunan ekosistem terintegrasi hulu hilir, petani peternak dan nelayan akan lebih bergairah untuk berproduksi karena ada jaminan pasar dan kestabilan harga, karena kalau merugi siapa yang mau berproduksi,” ujarnya pula.

Hal itu, katanya lagi, selaras dengan amanat Presiden Joko Widodo yang menekankan bahwa stabilitas pangan harus terjaga dan tidak boleh lengah mewaspadai berbagai faktor yang mengganggu rantai produksi, distribusi hingga konsumsi pangan.

Lebih lanjut Arief mengatakan bahwa pihaknya terus melakukan berbagai langkah dalam upaya penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) sesuai tindak lanjut arahan Presiden Joko Widodo yang dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) No.125 Tahun 2022 tentang Pengelolaan CPP.

"Yang terpenting, nomor satu kita semua mengutamakan produksi dalam negeri. Karena itu kita mengusulkan model kerja sama pengadaan beras sejak dari on farm bersama Kementerian Pertanian dan Perum Bulog. Ini sinergi yang kita usulkan untuk memenuhi kebutuhan beras sesuai target 2,4 juta ton," ujar Arief.

Arief mengatakan, dalam menjalankan skema kerja sama ini pihaknya akan mengoptimalkan kapasitas dan infrastruktur yang dimilliki Bulog di sepanjang rantai pasok, mulai dari hulu, produksi, pengolahan, distribusi, pemasaran, hingga penjualan.

Termasuk di antaranya optimalisasi 7 Modern Rice Milling Plant (MRMP) milik Bulog yang tersebar di daerah-daerah sentra produksi padi, seperti, Lampung, Karawang, Subang, Kendal, Magetan, Sragen, dan Bojonegoro.

"Melalui keberadaan MRMP ini Bulog diharapkan langsung turun dan menjemput bola menyerap lebih banyak hasil panen petani," katanya lagi.
Baca juga: Kedaulatan pangan mudahkan RI produksi makanan cegah stunting
Baca juga: Pakar minta pemerintah serius intervensi harga demi kedaulatan pangan