Kota Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Wali Kota Probolinggo, Jawa Timur Hadi Zainal Abidin minta semua pihak ikut serta dalam melakukan intervensi terhadap penurunan dan pencegahan kasus stunting di daerah tersebut.

"Intervensi pencegahan dan penurunan stunting harus dilakukan secara bersama-sama antara perangkat daerah dengan sektor atau lembaga nonpemerintah dan masyarakat," katanya saat membuka rembug stunting yang berlangsung di Bale Hinggil Kota Probolinggo , Kamis.

Rembug stunting merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan pemerintah untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan intervensi pencegahan dan penurunan stunting yang dilakukan secara bersama-sama.

"Permasalahan stunting menjadi prioritas nasional sehingga daerah harus bisa melaksanakan, sehingga semua pihak perlu menyamakan sudut pandang dan persepsi serta bekerja dengan cepat untuk pencegahan dan penurunan stunting," tuturnya.

Ia mengatakan persoalan stunting perlu ada upaya kepada sasaran-sasaran melalui kemampuan anggaran dan dimaksimalkan kegiatan itu sampai kepada sasaran.

"Jadi jangan ada yang memanfaatkan kegiatan secara seremonial saja, tetapi sentuhan tentang pencegahan dan penurunan stunting tidak ada rencana aksi yang nyata," katanya.

Wali kota yang biasa dipanggil Habib Hadi menjelaskan upaya-upaya yang bisa dilakukan dengan dukungan anggaran dari pemerintah dan kemampuan masing-masing individu.

"Saya menyarankan untuk memulai gerakan sosial Jumat berkah yakni para camat bisa mulai berkolaborasi dengan puskesmas setempat untuk mendata kasus stunting," ujarnya.

Pemkot Probolinggo fokus pada pencegahan dan penurunan stunting, sehingga meminta peran aktif dari para lurah, RT, RW dan kader posyandu untuk terus menginformasikan karena pencegahan dan penurunan stunting menjadi komitmen bersama.

"Mudah-mudahan di wilayah Kota Probolinggo tetap terkendali, tidak sampai ada lonjakan-lonjakan dan kami bisa hadir untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan amanah dan harapan bangsa," katanya.

Capaian prevalensi stunting berdasarkan pengukuran SSQ pada tahun 2021 sebesar 19 persen, dan tahun 2022 sebesar 23,3 persen. Kemudian prevalensi stunting berdasarkan pengukuran bulan timbang pada tahun 2021 sebesar 19 persen dan tahun 2022 sebesar 12,3 persen.

" Artinya, secara umum jumlah kejadian stunting di Kota Probolinggo mengalami penurunan, sehingga stunting pada tahun 2024 di Kota Probolinggo diharapkan jauh lebih baik dari yang telah dirancangkan Presiden RI yakni sebesar 14 persen," ujarnya.

Baca juga: BKKBN imbau tingkatkan konsumsi pangan lokal cegah stunting
Baca juga: Kemenko PMK: Sanitasi yang aman berpengaruh turunkan stunting
Baca juga: Pemkot Tangerang canangkan program Aksi Goceng stunting